Suara.com - Budayawan Sujiwo Tejo turut angkat bicara mengenai polemik sound horeg yang belakangan dikecam hingga difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim).
Dengan gaya khasnya, pria yang akrab disapa Mbah Tejo ini mengajak publik untuk bersikap adil dalam melihat persoalan polusi suara.
Dalam acara Catatan Demokrasi TVOne, Sujiwo Tejo mempertanyakan apakah hanya sound horeg yang menjadi sumber kebisingan yang mengganggu di tengah masyarakat.
"Apakah yang mengganggu itu cuma sound horeg?" tanyanya retoris.
Ia lantas membuat perbandingan dengan sumber suara lain yang juga kerap terdengar keras di ruang publik, yakni pengeras suara dari tempat-tempat ibadah.
"Panggilan ritual di rumah-rumah ibadah, mengganggu nggak?" sentilnya.
Menurutnya, panggilan untuk beribadah adalah hal yang baik. Namun, ia menyoroti siaran seremoni lengkap yang dipancarkan keluar bisa jadi mengganggu bagi orang lain yang tidak berkepentingan.
"Begitu acara sudah mulai di tempat ibadah itu, pakai sound ruang. Karena ada beberapa orang yang nggak pengin dengar juga," jelasnya.
Tak hanya polusi audio, Mbah Tejo juga menyinggung soal polusi visual yang kerap terjadi, terutama saat musim pemilu.
Baca Juga: Ketimbang Sound Horeg, Ini 7 Rekomendasi Sound System Hajatan Terbaik yang Lebih Ramah di Kuping
"Polusi visual, pas pemilu, gambar-gambar orang (caleg) nggak enak dilihat," ujarnya.
Baginya, baliho-baliho calon pejabat yang tidak sedap dipandang mata juga merupakan bentuk gangguan di ruang publik.
"Aku kalau nyetir, melek ngelihat spanduk, nggak enak gitu loh. Apa bedanya sama sound horeg?" tegasnya.
![Sound Horeg. [Instagram/faskhosengoxoriginal_real]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/30/20067-sound-horeg-instagramfaskhosengoxoriginal-real.jpg)
Pada intinya, Sujiwo Tejo mendorong agar masyarakat dan para pemangku kebijakan bisa berlaku adil.
"Mari kita fair," tutupnya.