Ayah tiga anak tersebut menangkap banyak nilai kekuatan dari karakter Fajrie. Ia melihat perspektif suami di tengah perjuangan dan impian dari memiliki momongan.
"Banyak diskusi yang dilakukan dari awal. Perspektif yang diberikan Mbak Prita, jadi penting banget untuk perjalanan menemukan Fajrie," tuturnya.
"Yang paling aku sadari bahwa perjalanan ini bukan cuma milik satu orang saja, bukan cuma milik istri atau calon ibu. Tapi juga suami dan calon ayah," sambung Darius.
Ia menjelaskan bahwa kehadiran suami tak melulu soal pemikiran atau solusi yang diberikan. Sisi emosional dari wanita juga bisa memerlukan kehadiran pasangan balam bentuk lain. "Padahal momen-momen tertentu kita justru hanya cukup untuk hadir, ada, bukan cuma secara fisik, tapi juga emosional," ungkapnya bijak.
Menguatkan Pasangan Pejuang Garis Dua

Diketahui, menurut data yang dirilis WHO, 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami infertilitas, yakni gangguan reproduksi yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk hamil. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan, di Indonesia, ada 10-15% atau 4-6 juta pasangan dari 39,8 juta pasangan usia subur mengalami infertilitas.
Produser Lyora: Penantian Buah Hati, Robert Ronny, mengungkap jika film ini diharapkan dapat menginspirasi dan menguatkan para pasangan yang tengah berjuang menantikan buah hati mereka.
“Cerita tentang Lyora sebenarnya sudah saya ketahui sejak lama, karena Meutya adalah sahabat dari istri saya. Namun, ide untuk mengangkatnya ke layar lebar baru muncul setelah novelnya terbit dan mendapat perhatian luas dari masyarakat. Kisah ini sangat kuat dan inspiratif, sehingga saya merasa ini adalah cerita yang tepat untuk diadaptasi menjadi film. Kami ingin menghadirkan kisah yang hangat dan menyentuh hati, sekaligus memberikan semangat bagi para orang tua yang tengah berjuang dalam penantian mereka,” jelas Robert Ronny.
Kontributor : Anistya Yustika
Baca Juga: Kevin Julio Akui Curi Gaya Sutradara Indonesia demi Peran di Film Si Paling Aktor