Mengapa Visual Film Animasi Merah Putih One for All Menuai Kritikan? Ini 4 Alasannya

Eko Faizin Suara.Com
Senin, 11 Agustus 2025 | 14:51 WIB
Mengapa Visual Film Animasi Merah Putih One for All Menuai Kritikan? Ini 4 Alasannya
Mengapa Visual Film Animasi Merah Putih One for All Menuai Kritikan? Ini 4 Alasannya [YouTube/CGV Kreasi]

Suara.com - Kemunculan trailer film animasi Merah Putih One for All seharusnya menjadi angin segar yang membanggakan bagi industri kreatif tanah air.

Film karya anak bangsa ini mengusung tema nasionalisme, konsepnya sangat menjanjikan dan berhasil menarik perhatian publik.

Namun, alih-alih disambut dengan pujian bulat, visual film animasi ini justru menuai kritikan yang cukup tajam dari para warganet dan penikmat animasi.

Meski baru sekedar cuplikan, banyak yang menyayangkan konsep tidak diimbangi dengan eksekusi yang maksimal.

Kritikan yang muncul bukanlah tanpa alasan. Netizen, yang kini sudah terbiasa dengan standar animasi global, memiliki ekspektasi tinggi terhadap karya anak bangsa.

Lantas, apa saja yang membuat film animasi Merah Putih One for All menuai kritikan?

1. Kualitas Animasi yang Dianggap "Kaku" dan "Patah-patah"

Ini adalah kritik paling fundamental dan paling banyak disuarakan. Meskipun dari segi model 3D karakter sudah cukup baik, gerakannya (animasi) dirasa masih sangat kaku dan kurang luwes.

Gerakan Pertarungan yang Kurang Dinamis: Adegan aksi yang seharusnya menjadi jualan utama terasa kurang bertenaga. Gerakan karakter saat bertarung atau berlari dinilai tidak natural dan terasa seperti "robot".

Baca Juga: Film Animasi Merah Putih Kena Cibir, El Rumi Menang TKO Atas Jefri Michol

Frame Rate Rendah: Publik merasakan sensasi "patah-patah" atau tidak mulus pada beberapa adegan, yang mengindikasikan frame rate yang rendah. Hal ini sangat mengurangi kenikmatan visual, terutama pada adegan-adegan cepat.

Ekspresi Wajah yang Minim: Ekspresi wajah karakter saat berdialog atau berekasi terasa datar dan kurang hidup. Ini membuat sulit untuk terhubung secara emosional dengan karakter yang ada di layar.

2. Desain Karakter yang Terlalu Generik

Meskipun ini bukan hal yang salah, desain "Merah Putih One for All" dianggap terlalu generik dan kurang memiliki identitas unik yang kuat.

Kurangnya Ciri Khas Indonesia: Banyak warganet merasa tidak ada elemen desain yang benar-benar merepresentasikan keunikan budaya Indonesia.

Film ini secara tidak langsung mengundang perbandingan dengan tontonan sejenis yang sudah punya standar kualitas tinggi, baik dari segi cerita maupun efek visual.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI