Suara.com - Di tengah panasnya polemik royalti musik yang seolah tak berujung, sebuah unggahan sederhana dari gitaris Padi Reborn, Piyu, berhasil mendinginkan suasana sekaligus menyita perhatian publik.
Melalui akun Instagram pribadinya, Piyu membagikan swafoto akrab bersama Ariel NOAH, keduanya kompak mengenakan kemeja batik dengan senyum hangat.
dalam keterangan Piyu mengaku mengambil foto tersebut sebelum bertemu dengan anggota DPR untuk membahas perihal royalti.
"Foto bareng dulu biar harmonis sebelum rapat dengan DPR," tulis Piyu.
Kalimat singkat itu sarat makna. Ia menjadi pembuka dari sebuah pertemuan krusial di Gedung Parlemen, Senayan, pada Kamis (21/8/2025).
Di mana pada pertemuan itu nasib para musisi Indonesia dipertaruhkan.
![Ketua WAMI Adi Adrian, Ariel Noah, Piyu Padi saat rapat bersama perwakilan DPR membahas UU Hak Cipta, Kamis (21/8/2025). [Suara.com/Bagaskara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/21/43259-ketua-wami-adi-adrian-ariel-noah-piyu-padi.jpg)
Di satu sisi, foto ini menunjukkan persahabatan, namun di sisi lain, ia adalah simbol gencatan senjata sesaat antara dua tokoh yang sebenarnya berdiri di sisi berseberangan dalam memperjuangkan solusi masalah royalti.
Seperti diketahui, Piyu dan Ariel adalah representasi dari dua kubu dengan pandangan yang fundamental berbeda.
Ariel, yang datang bersama aliansi Vibrasi Suara Indonesia (VISI), berjuang agar pemerintah mempertegas aturan mengenai siapa yang wajib membayar performing rights.
Baca Juga: Terlalu Banyak yang Mungut, DPR Janji Pangkas Lembaga 'Royalti' Lewat Revisi UU Hak Cipta
Vokalis kharismatik ini bersikukuh bahwa beban pembayaran royalti tidak seharusnya ditanggung oleh para penampil atau penyanyi dan memilih untuk mempertahankan Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) dengan perbaikan regulasi.
Pandangan ini bertolak belakang dengan Piyu, yang sebagai Ketua Umum Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI), menjadi garda terdepan para pencipta lagu.
Piyu dan AKSI secara vokal menuntut pembubaran LMKN, yang mereka anggap gagal dalam mengelola dan mendistribusikan royalti secara adil.
Bahkan, AKSI kini tengah menempuh jalur hukum dengan menggugat lembaga tersebut.
![Ahmad Dhani, Piyu Padi Reborn, dan Ari Bias yang tergabung dalam AKSI menggelar jumpa pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (21/3/2025). [Rena Pangesti/Suara.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/21/69645-ahmad-dhani-piyu-padi-reborn-dan-ari-bias.jpg)
Namun, di ruang Komisi XIII DPR hari itu, perbedaan pandangan tersebut seolah melebur.
Foto harmonis Piyu menjadi bukti bahwa demi tujuan yang lebih besar, persatuan adalah kunci.
Mereka duduk bersama di hadapan para wakil rakyat, menyuarakan satu keresahan yang sama: sistem royalti musik di Indonesia harus segera dibenahi.
Rapat konsultasi yang dipimpin oleh Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, itu dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan.
Mulai dari pemerintah yang diwakili Wamenkumham Edward Omar Sharif Hiariej, hingga puluhan musisi lintas generasi.
Nama-nama besar seperti Vina Panduwinata, Marcell Siahaan, Sammy Simorangkir, dan Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca turut hadir.
Menariknya, meja parlemen juga diisi oleh sesama musisi yang kini menjadi anggota dewan, seperti Ahmad Dhani, Once Mekel, dan Melly Goeslaw, menjadikan rapat ini sebagai forum paling representatif dalam sejarah polemik royalti musik.
Senyum Piyu dan Ariel dalam foto itu kini menjadi simbol harapan. Meski jalan yang mereka usulkan berbeda, tujuan mereka sama, memastikan setiap nada yang tercipta dan setiap lagu yang dinyanyikan mendapatkan apresiasi yang layak.