Jatuhnya Ramzi dari Kuda, Simbol Perjuangan Artis di Panggung Politik yang Tak Selalu Mulus?

Andi Ahmad S Suara.Com
Senin, 25 Agustus 2025 | 13:14 WIB
Jatuhnya Ramzi dari Kuda, Simbol Perjuangan Artis di Panggung Politik yang Tak Selalu Mulus?
Momen saat Wakil Bupati Cianjur, Abi Ramzi, terpental dari kudanya [Instagram]

Suara.com - Momen saat Wakil Bupati Cianjur, Abi Ramzi, terpental dari kudanya saat kirab budaya bukanlah sekadar insiden biasa yang viral.

Lebih dari itu, peristiwa ini adalah sebuah metafora yang sempurna gambaran nyata tentang betapa licin dan terjalnya jalan yang harus ditempuh para selebritas saat beralih dari panggung hiburan yang gemerlap ke arena politik yang penuh risiko.

Pada Selasa, 19 Agustus 2025, lalu kuda yang ditunggangi Ramzi berontak, membuatnya jatuh ke aspal. Namun, seperti seorang politisi sejati, ia bangkit, mengacungkan jempol, dan menyatakan, "Aman, gak kapok!".

Sikapnya ini, meski spontan, merefleksikan dua sisi dari fenomena artis jadi pejabat di Indonesia, risiko untuk jatuh dan tuntutan untuk terus bangkit.

Fenomena artis yang banting setir menjadi pejabat publik bukanlah hal baru. Nama-nama seperti Dede Yusuf, Rano Karno, hingga Pasha 'Ungu' telah lebih dulu menapaki jejak ini.

Mereka menunggangi "kuda" popularitas untuk melompat ke panggung politik, sebuah strategi yang diakui efektif untuk mendulang suara.

Namun, kuda popularitas seringkali liar dan tak bisa sepenuhnya dikendalikan. Setelah terpilih, mereka harus menunggangi "kuda" lain yang jauh lebih sulit, kuda birokrasi, kebijakan publik, dan ekspektasi masyarakat. Di sinilah banyak dari mereka yang "terjatuh".

Skeptisisme Publik: Banyak yang memandang sebelah mata, menganggap artis hanya bermodal ketenaran tanpa kapasitas intelektual dan manajerial yang mumpuni.

Adaptasi Sistem: Dari dunia hiburan yang dinamis dan berorientasi pada citra, mereka harus masuk ke dalam sistem birokrasi yang kaku, lambat, dan penuh dengan prosedur rumit.

Baca Juga: DNA Negatif, Misteri Baru Muncul Soal Ridwan Kamil Kirim Bulanan ke Lisa Mariana

Sorotan Ganda: Setiap gerak-gerik mereka diawasi lebih ketat. Kesalahan kecil yang mungkin dimaklumi jika dilakukan pejabat biasa, bisa menjadi bulan-bulanan publik jika pelakunya adalah mantan artis.

Insiden yang dialami Ramzi adalah cerminan fisik dari tantangan-tantangan tersebut. Kuda yang tiba-tiba berontak bisa diibaratkan sebagai dinamika politik yang tak terduga atau isu publik yang mendadak liar dan sulit dikendalikan.

Reaksi Ramzi setelah jatuh menjadi poin paling menarik. Alih-alih mundur, ia memilih kembali naik ke atas pelana dan melanjutkan tugasnya. "Orang kalau udah jatuh kapok ya, engak ini gak kapok," ujarnya.

Sikap ini adalah representasi dari apa yang seharusnya dimiliki oleh setiap artis yang terjun ke politik. "Jatuh" karena kebijakan yang tidak populer, "terpental" oleh kritik pedas di media sosial, atau "tergelincir" oleh manuver politik lawan adalah hal yang pasti terjadi.

Ujian sesungguhnya bukanlah tentang bagaimana mereka menghindari jatuh, melainkan bagaimana mereka merespons setelah jatuh. Apakah mereka akan kapok dan kembali ke zona nyaman dunia hiburan, atau bangkit, membersihkan luka, dan membuktikan bahwa mereka lebih dari sekadar wajah terkenal di poster pemilu?

Kisah Ramzi dan kudanya mengingatkan kita bahwa transisi dari artis menjadi abdi negara adalah sebuah pertaruhan besar.

Popularitas memang bisa menjadi tiket masuk yang mudah, namun ia tidak memberikan jaminan perjalanan yang mulus. Dibutuhkan ketangguhan, kemauan belajar, dan kerendahan hati untuk bisa benar-benar mengendalikan "kuda" pemerintahan.

Kontributor : Mira puspito

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?