Libatkan Puluhan Orang, Prilly Latuconsina Bongkar Proses Panjang Penjurian FFI 2025

Senin, 25 Agustus 2025 | 16:54 WIB
Libatkan Puluhan Orang, Prilly Latuconsina Bongkar Proses Panjang Penjurian FFI 2025
Prilly Latuconsina. (Instagram/prillylatuconsina96)

Suara.com - Aktris Prilly Latuconsina membongkar proses di balik layar penjurian Festival Film Indonesia (FFI), piala citra perfilman tertinggi di Indonesia.

Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Bidang Program FFI, dia menegaskan bahwa prosesnya sangat panjang dan melibatkan puluhan orang demi menjaga objektivitas.

Penilaian sebuah film untuk bisa meraih Piala Citra ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. 

Menurut Prilly, prosesnya sangat berlapis untuk memastikan film yang terpilih benar-benar layak dan penilaiannya tidak subjektif.

"Wah itu (proses penilaian) banyak banget ya, karena proses penjuriannya itu di FFI benar-benar enggak singkat," kata Prilly Latuconsina saat diwawancara Suara.com melalui Zoom pada Senin, 25 Agustus 2025.

Prilly Latuconsina menjadi dosen di LSPR (Instagram)
Prilly Latuconsina (Instagram)

Bintang film "Danur" ini menjelaskan, penilaian tidak hanya dilakukan oleh dewan juri akhir. 

Prosesnya dimulai dari pemilihan shortlist, yang kemudian dikurasi oleh tim kurator khusus. Setelah itu, film-film tersebut akan dinilai oleh berbagai asosiasi profesi di industri film.

"Lalu juga ada asosiasi-asosiasi dari berbagai bidang di dunia film untuk memilih nominasinya. Lalu ada Akademi Citra juga, kita melibatkan Akademi Citra, orang-orang terdahulu yang sudah pernah menang Piala Citra, lalu baru terakhir itu ada dewan juri," paparnya.

Tujuan dari proses berlapis yang melibatkan puluhan orang ini, menurut sang aktris, adalah untuk mencegah penilaian yang bersifat personal atau berdasarkan "suka dan tidak suka".

Baca Juga: Sheila Dara dan Ringgo Agus Didapuk Jadi Duta FFI 2025, Gantikan Dian Sastro dkk

Dengan melibatkan ahli dari berbagai bidang, mulai dari akademisi, aktor, perwakilan sutradara, hingga penata artistik, setiap film akan dilihat dari berbagai sudut pandang yang kompeten.

Prilly Latuconsina jadi dosen di LSPR (Instagram/@prillylatuconsina96)
Prilly Latuconsina (Instagram/@prillylatuconsina96)

"Kita mencegah dengan adanya like and dislike gitu, pendapat yang subjektif," tegas Prilly.

Diskusi untuk menentukan pemenang pun bisa berlangsung sangat panjang dan alot. Setiap juri harus memiliki argumentasi yang kuat mengapa sebuah karya layak untuk menang, bukan sekadar selera pribadi.

"Diskusi panjang itu terjadi ya karena itu, adanya perbedaan pendapat. Kita tidak mau yang menang itu mungkin yang disukai saja, tapi tentu yang disukai juri itu harus punya alasannya kenapa dia layak menang," tambahnya.

Tak hanya itu, untuk menjaga kepercayaan publik, Prilly menyebut bahwa seluruh proses penjurian ini juga didokumentasikan dengan baik. 

"Kita kan juga selalu mendokumentasikan penjurian kita seperti apa untuk menjaga kepercayaan publik juga," tutup Prilly Latuconsina. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?