Bikini Boxing Lagi Tren di Thailand, Pesertanya Dicurigai Bukan Wanita

Yohanes Endra Suara.Com
Selasa, 26 Agustus 2025 | 16:29 WIB
Bikini Boxing Lagi Tren di Thailand, Pesertanya Dicurigai Bukan Wanita
Bikini Boxing Lagi Tren di Thailand (x.com/MiraclessXx)

Suara.com - Pengguna media sosial tengah dihebohkan dengan tren Bikini Boxing di Thailand.

Dalam video yang jadi viral, terlihat dua wanita mengenakan celana boxing dan bikini dengan warna berbeda di atas ring.

Wasit pertandingan tersebut adalah seorang pria sehingga 'dikhawatirkan' warganet bisa gagal fokus.

Beda dari pertandingan tinju pada umumnya, tak banyak penonton yang bersorak untuk mendukung salah satu petinju.

Penonton terlihat santai di kursinya masing-masing. Hanya suara komentator berbahasa Thailand yang terdengar heboh.

Sebagai informasi, seni bela diri asli Thailand yang menjadi olahraga nasional adalah Muay Thai.

Sedangkan bikin boxing digelar untuk tujuan hiburan, bahkan kemungkinan hanya untuk turis.

Fakta tersebut pernah diungkap Jirayut, penyanyi dangdut Indonesia yang berasal dari Thailand.

Menurut Jirayut, banyak tempat hiburan di Thailand yang bersifat seksisme dan kontroversi justru tidak boleh didatangi oleh warga lokal.

Baca Juga: Thailand Perketat Aturan Naturalisasi Jelang SEA Games 2025

"Soalnya ada beberapa tempat yang bener-bener khusus orang bule, orang luar negeri," jelas Jirayut di YouTube Deddy Corbuzier pada 21 Agustus 2025.

Kala itu Jirayut ditanya soal Pingpong Show oleh Praz Teguh sebagai host.

"Mungkin orang Thailand nggak bisa masuk ke situ. Soalnya ada beberapa tempat yang orang Thailand asli nggak bisa masuk," sambungnya.

Ditambah lagi Jirayut berdomisili di Thailand Selatan yang mayoritas penduduknya keturunan Melayu dan beragama Islam.

Menanggapi tren bikini boxing di Thailand, warganet menduga yang bertanding bukan wanita asli, melainkan ladyboy.

Buah dada yang dipamerkan dengan hanya mengenakan bikini dalam pertandingan boxing itu pun diduga adalah implan atau buatan.

"Gw curiga petinjunya itu waria," komentar akun @ArbiYusu***.

"Implannya bisa pindah gak ya kalo kena tendang atau tonjok," sahut akun @calonjenazaa***.

"Gw ngeri tuh ditonjok terus implannya pecah," kata akun @bololam***.

"Gak yakin mereka wanita," balas akun @meow_lead***.

"Menurut kawan yang warga sana kebanyakan yang ikutan itu lady boy," timpal akun @fatimahwe***.

Sebelum di Thailand, bikini boxing ternyata sudah menjadi tren di Amerika dan Tiongkok sebagai hiburan.

Pertandingan bikini boxing terungkap rutin digelar di Ralston Arena, Amerika Serikat sejak April 2016 hingga sekarang.

Peserta akan mendapatkan USD 300 atau sekitar Rp4,9 juta untuk berpartisipasi dalam bikini boxing yang digelar selama 3 ronde masing-masing 2 menit.

Sementara di Tiongkok, tepatnya di Taiyuan, Provinsi Shanxi, Tiongkok Utara, bikini boxing pernah jadi sorotan di tahun 2015.

Bikini boxing digelar di sebuah bar sebagai hiburan untuk orang-orang yang stres di tengah gaya hidup serba cepat, mengutip people.cn.

Peserta bikini boxing di Tiongkok kala itu bukan seorang atlet, melainkan model.

Kendati lazim di negara barat, maupun Asia Timur, bikini boxing masih terdengar asing di Asia Tenggara yang menjunjung kesopanan.

Namun dari berbagai negara di Asia Tenggara, Thailand bisa dibilang paling bebas sehingga menarik perhatian banyak turis.

Salah satunya ganja yang diperbolehkan di Thailand, tetapi dilarang di Indonesia.

Anutin Charnvirakul, Menteri Kesehatan yang melegalkan ganja di Thailand, berpendapat legalisasi ganja menjadi harapan untuk orang miskin.

Petani bisa menanam dan menjual ganja, serta digunakan untuk pengobatan yang lebih murah ketimbang obat kimia.

Thailand juga memfasilitas operasi pengantian gender yang menjadi alasan banyak lady boy di sana.

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia tidak melegalkan ganja maupun operasi kelamin.

Sementara mayoritas masyarakat Thailand beragama Buddha sehingga punya pemikiran berbeda.

Oleh sebab itu, bikini boxing bukan sebuah hal baru dan menghebohkan di Thailand, beda dengan di Indonesia. Bagaimana pendapatmu?

Kontributor : Neressa Prahastiwi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?