Adegan laga dalam film ini terasa lebih hidup, terutama ketika menampilkan jurus-jurus silat khas Panji Tengkorak.
Penonton diajak merasakan intensitas yang kuat, dengan detail visual yang mengingatkan pada komik aslinya.
Pendekatan visual ini juga menghadirkan nuansa klasik yang jarang ditemui di film animasi saat ini.
3. Alur Cerita Gelap dan Penuh Konflik Batin

Berbeda dari kisah pahlawan pada umumnya, film ini menghadirkan cerita yang tragis sekaligus kelam.
Panji kehilangan istrinya, Murni, lalu terjerumus dalam ilmu hitam demi menuntut balas.
Setelah dendamnya terbalaskan, dia justru merasa hampa dan terkutuk.
Perjalanan panjang Panji untuk mencari pusaka yang bisa membebaskannya dari kutukan menjadi inti cerita yang penuh drama, konflik batin, serta pengkhianatan.
Film ini tidak hanya menyuguhkan aksi heroik, tapi juga refleksi mendalam tentang harga dari dendam dan arti sebuah penebusan.
Baca Juga: Wapres Gibran Beri Jempol untuk Film Animasi Panji Tengkorak, Tayang Besok di Bioksop
4. Pengerjaan Serius dengan Tim Profesional

Proses produksi Panji Tengkorak memakan waktu lebih dari tiga tahun dan melibatkan sekitar 250 animator, ilustrator, serta desainer profesional.
Jumlah ini menunjukkan keseriusan tim produksi dalam menghadirkan karya dengan kualitas terbaik.
Selain visual dan alur cerita yang kuat, film ini juga menghadirkan soundtrack spesial.
Lagu utama berjudul Bunga Terakhir dinyanyikan oleh Iwan Fals dan Isyana Sarasvati, sebuah kolaborasi lintas generasi yang memperkuat daya tarik film.
Kehadiran aktor papan atas seperti Denny Sumargo, Aghniny Haque, dan Tanta Ginting sebagai pengisi suara juga membuat film ini semakin solid.