Demo Memanas, Cholil Mahmud Soroti Tanggung Jawab Moral Musisi

Selasa, 02 September 2025 | 11:02 WIB
Demo Memanas, Cholil Mahmud Soroti Tanggung Jawab Moral Musisi
Vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud dalam sebuah wawancara di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Baca 10 detik
  • Cholil Mahmud menilai musisi punya tanggung jawab moral untuk menyuarakan keresahan masyarakat lewat karya.
  • Kedekatan musik dengan industri sering membuat isu sosial-politik jarang diangkat dalam lagu-lagu masa kini.
  • Ia mendorong seniman menjadi bagian dari gerakan “warga jaga warga” demi menjaga kewarasan publik melalui seni. 

Suara.com - Aksi demonstrasi dalam beberapa hari terakhir di sejumlah daerah Indonesia kembali menyoroti berbagai persoalan sosial-politik. Di tengah situasi itu, suara seniman dan musisi dianggap penting untuk ikut menyuarakan keresahan publik.

Hal ini disampaikan vokalis sekaligus gitaris Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud, yang menegaskan bahwa musik seharusnya tidak melulu soal industri, melainkan juga refleksi dari kondisi masyarakat.

"Sulit kelihatannya (musisi untuk bersuara). Kedekatan musik dan industri membuat hal-hal yang ada urusannya dengan membangkitkan kritisisme itu, dari dulu, sudah jarang jadi topik yang diangkat," kata Cholil Mahmud saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat pada Senin, 1 September 2025.

"Sehingga momentum ini, Seni Melawan Tirani, bisa jadi awalan untuk membuka mata kita semua," ucapnya menyambung. 

Menurut lelaki 49 tahun tersebut, musisi memiliki tanggung jawab moral untuk menularkan kepekaan mereka kepada masyarakat, terutama ketika ketidakadilan terjadi. 

Vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud dalam sebuah wawancara di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud dalam sebuah wawancara di kawasan Kemang, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025. [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

"Industri butuh kepekaan-kepekaan dari senimannya. Kalau seniman dianggap lebih peka dari masyarakat, ya tularkan kepekaan itu untuk mengugah," tutur Cholil.

Cholil menambahkan, jika justru masyarakat lebih peka terhadap situasi sosial-politik, maka musisi tidak boleh menutup telinga. 

"Kalau ternyata masyarakatnya yang lebih peka terhadap situasi, ya sudah, musisinya nih karena sudah terbiasa dengan industri, dengar dong masyarakat. Karya-karya mereka kan cerminan dari keresahan masyarakat," ucapnya.

Sang musisi juga menyinggung pentingnya konsep "warga jaga warga" dalam dunia seni. Menurutnya, seniman juga bagian dari warga yang bisa menjaga kewarasan publik lewat karya. 

Baca Juga: Investor Wajib Waspada! OJK Imbau Jangan Telan Mentah-mentah Rumor Unjuk Rasa

"Jadi warga jaga warga dalam konteks seni itu dalam kekaryaannya ya bisa menumbuhkan rasa peka terhadap ketidakadilan, penindasan, karena kegetiran itu nyata dan harus dipantulkan ke dalam karya-karya," ungkap Cholil.

Ketika ditanya soal bentuk perlawanan kecil yang bisa dilakukan, Cholil menyebut sikap sederhana namun konsisten bisa jadi langkah nyata. 

"Perlawanan kecil ya kalau buat lagu, ingin berbisnis dengan sehat, itu kayanya sikap yang harus ada di musisi-musisi," tegasnya.

Pernyataan Cholil muncul di tengah gelombang protes yang melibatkan ribuan mahasiswa, buruh, hingga aktivis di Jakarta dan kota besar lainnya dalam beberapa hari terakhir. 

Demonstrasi tersebut menyoroti soal isu kenaikan tunjangan DPR yang bernilai fantastis serta rencana kenaikan pajak di tengah sulitnya ekonomi Indonesia. 

Lewat pandangannya, Cholil berharap musisi dan seniman bisa hadir sebagai pengingat sekaligus cermin dari suara masyarakat. 

"Itu seniman kan warga juga, gimana cara jaganya, jaga apa nih, jaga kewarasan melalui karyanya," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?