- Film horor ini mengangkat mitos kuno Jawa Bahu Laweyan.
- Karakter utama berjuang melawan kutukan dan stigma dari masyarakat.
- Kehadiran Didik Nini Thowok menambah energi keramat pada film.
Suara.com - Jagat perfilman horor Tanah Air akan dimeriahkan dengan kehadiran film "Perempuan Pembawa Sial" garapan IDN Pictures.
Film horor "Perempuan Pembawa Sial" ini siap menghantui bioskop seluruh Indonesia pada 18 September 2025.
Namun sebelum itu, film horor ini baru saja menggelar screening spesial di Cinepolis Lippo Plaza Yogyakarta pada Kamis (11/9/2025) yang dihadiri awak media, komunitas film, hingga pecinta film horor.
Bukan cuma menjanjikan jumpscare bertubi-tubi, "Perempuan Pembawa Sial" menawarkan paket lengkap horor yang kental dengan budaya Jawa.
Bayangkan saja, mitos kuno Bahu Laweyan yang jarang diangkat ke layar lebar, kini disulap jadi teror mematikan berdurasi 1 jam 37 menit dalam film Perempuan Pembawa Sial.
Mitos Bahu Laweyan Jadi Kutukan Mengerikan yang Menghantui Mirah

Film ini berpusat pada Mirah (Raihaanun), perempuan yang dikutuk oleh adik tirinya, Puti (Clara Bernadeth) karena dendam masa lalu.
Kutukan tersebut membuat setiap pria yang menikahi dan berhubungan dengan Mirah selalu berakhir tragis meregang nyawa.
Karena itulah, Mirah dijauhi masyarakat dan dicap sebagai "Perempuan Pembawa Sial".
Baca Juga: Pertamina Mau Gabung 3 Anak Usaha, DPR: Sesuai Keinginan Danantara
Namun di tengah kesendiriannya menghadapi kutukan, Mirah menemukan cinta dari Bana (Morgan Oey), pemilik warung makan Padang yang tulus menerimanya. Sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama.
"Perempuan Pembawa Sial" bukan sekadar film horor biasa. Fajar Nugros sebagai sutradara, mengemas cerita ini dengan apik, menggabungkan cerita rakyat, mitos, dan budaya Jawa dengan sentuhan sinematografi modern.
Penonton tak hanya diajak merasakan teror, tapi juga diajak menyelami pergulatan batin Mirah yang berjuang melawan kutukan dan stigma masyarakat.
Sentuhan Magis Didik Nini Thowok Bikin Film Makin Keramat
Salah satu daya tarik utama film ini adalah kehadiran maestro tari legendaris asal Yogyakarta, Didik Nini Thowok.
Lewat perannya sebagai Mbah Warso, seorang perias pengantin sekaligus dukun, Didik Nini Thowok berhasil membawa energi keramat dan jiwa tradisi yang mendalam.
Didik Nini Thowok atau yang akrab disapa Eyang diketahui sangat serius dalam memerankan Mbah Warso, yang menjadi salah satu tokoh kunci dalam film horor tersebut.
Mantra dan koreografi yang digunakannya bukan asal-asalan, bahkan beberapa istilah harus diubah agar tidak memanggil energi yang tidak diinginkan.
Bahkan, Rukman Rosadi juga turut merasakan energi yang berbeda di udara ketika proses syuting Didi Nini Thowok mengenakan kostum ritualnya.
Meski penuh dengan jumpscare, film "Perempuan Pembawa Sial" tak melulu mengandalkan teror visual.
Film ini menawarkan lapisan cerita yang lebih dalam dengan detail-detail kecil yang berhasil membawa penonton tenggelam dalam misterinya.
Tak hanya menyeramkan, "Perempuan Pembawa Sial" juga penuh makna budaya dan spiritualitas Jawa.