-
Rhoma Irama mengecam tayangan TV yang dinilai menyudutkan pesantren dan kiai.
-
Ia membantah anggapan bahwa pesantren bersifat feodal dan menilai narasi itu keliru.
-
Menurutnya, tindakan santri kepada kiai adalah bentuk akhlakul karimah, bukan perbudakan.
Suara.com - Raja dangdut Rhoma Irama meluapkan kekecewaannya terhadap sebuah program televisi yang dinilai telah merusak citra pesantren.
Musisi legendaris itu merasa narasi yang dibangun dalam tayangan tersebut sangat menyudutkan institusi pondok pesantren dan para kiai.
Kritik tajam ini disampaikan Rhoma Irama melalui kanal YouTube pribadinya dalam program 'Bisikan Rhoma' yang tayang Sabtu, 18 Oktober 2025.
Lelaki berusia 78 tahun itu menyoroti sebuah tayangan viral dari stasiun televisi nasional yang menurutnya tidak proporsional.
"Yang lagi viral sekarang ini, adanya pemberitaan dari salah satu media mainstream televisi nasional," ujar Rhoma Irama.
Menurutnya, tayangan tersebut menggambarkan kehidupan pesantren dengan narasi negatif yang keliru.
Rhoma Irama menyebutkan beberapa isu yang diangkat dalam program itu, seperti penggambaran bahwa kiai harus disembah dan santri diperlakukan layaknya budak yang bekerja tanpa bayaran.
"Misalnya isunya begini, bahwa kiai itu harus disembah. Kemudian santri itu seperti budak. Dia bekerja tanpa dibayar," ungkapnya.
Ayah dari Ridho Rhoma ini dengan tegas membantah bahwa tradisi di pesantren adalah bentuk feodalisme.
Baca Juga: Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Menurutnya, apa yang dilakukan santri untuk kiai adalah wujud dari akhlakul karimah atau akhlak yang mulia sebagai bentuk penghormatan.
"Sementara yang terjadi di dalam pesantren itu bukan feodalisme, tetapi apa pun yang dilakukan santri kepada kiainya itu bersifat atau bernama akhlakul karimah," jelas Rhoma Irama.
Ia pun berpesan agar citra pesantren tidak dirusak oleh narasi-narasi keliru yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat.
"Citra pesantren itu jangan dirusak dengan narasi-narasi seperti ini," tegas Rhoma Irama.