-
Film ini menyoroti arti kehilangan dan kesepian yang dialami anak ketika sosok ibu tidak lagi hadir.
-
Kehadiran teknologi AI menjadi cermin dilema modern, bahwa koneksi virtual tak pernah bisa menggantikan kehangatan keluarga nyata.
-
Ceritanya mengajak orang tua dan remaja untuk membangun ikatan lebih dekat, saling memahami, dan tidak membiarkan gadget menjauhkan hubungan.
Suara.com - Film Esok Tanpa Ibu akhirnya tayang perdana di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 pada Rabu (3/12/2025), yang berlokasi di Empire XXI Yogyakarta.
Sinema yang mengangkat kisah drama keluarga ini diperankan oleh Dian Sastrowardoyo, Ringgo Agus Rahman, dan Ali Fikry. Renacananya, akan naik layar secara serentak pada 22 Januari 2026 mendatang.
Dalam jumpa pers bersama para cast utama pada Kamis (4/12/2025), Dian Sastro menceritakan bagaimana 'Esok Tanpa Ibu' menggambarkan hubungan orang tua dengan anak remaja di tengah kemajuan teknologi.
Film Esok Tanpa Ibu berkisah tentang Rama (Ali Fikry), seorang remaja yang sangat dekat dengan ibunya, Laras (Dian Sastro), harus menghadapi kenyataan pahit ketika sang ibu koma akibat kecelakaan.
Bersama ayahnya (Ringgo Agus Rahman), Rama menggunakan AI bernama i-BU yang meniru suara, wajah, dan kenangan ibunya. Lewat teknologi ini, Rama belajar menghadapi kesepian, arti kehilangan, dan memperbaiki hubungan dengan ayahnya yang renggang.
"Saya ngerasa banget kan sebagai orang tua, mau ngomong hati ke hati sama anak aja saingannya sama gadget mereka dan ini yang coba kita diskusikan dalam film ini," kata Dian Sastro, yang juga menjadi produser.
Dian Sastro mengungkap bahwa ini pertama kali berperan sebagai sosok ibu dari seorang anak remaja. Ia sadar bahwa apa yang terjadi di dalam film juga terjadi di kehidupan sehari-harinya.
"Aku baru nyadar loh, sepanjang karir aku ini pertama kali aku merilis diri aku di depan kamera menjadi ibu-ibu anak remaja. Dicuekin anak tuh aku udah merasakannya, dan ternyata itu jadi modal besar saat aku jadi Ibu Laras," sambungnya.
Tantangan lain dalam film ini hadir ketika Dian Sastro harus bermain sebagai karakter kecerdasan buatan (AI) untuk menggantikan Ibu Laras. Ia harus menyesuaikan suara dengan versi teknologi ter-update.
Baca Juga: Dua Kali Sabet Piala Citra, Ringgo Agus Rahman Bicara Honor Akting
“Sebagai AI itu dia ada 3 tahap. Tahap pertama masih sederhana banget, kemudian ada tahap di saat dia sudah makin canggih, tanya ‘hi’ kayak kita ngomong sama AI sekarang," sambungnya.
Dian Sastro menambahkan, "Terus tiba-tiba dia makin upgrade lagi jadi versi 3.0 yang sudah lebih mirip manusia, tapi kayak jadi banyak lebih menguasai hidup kita."
Di lain sisi, Ringgo Agus Rahman mengaku mendapat pelajaran berharga dari film Esok Tanpa Ibu.
Kisahnya menyoroti dinamika serta persoalan yang dekat dengan realitas kehidupan keluarga sehari-hari. Sebagai ayah dalam kehidupan nyata, Ringgo merasa pengalaman ini membantunya lebih memahami dunia anak-anaknya.
"Saya belajar memahami apa yang terjadi pada kehidupan anak lewat film ini. Saya pikir tugas orang tua adalah menanyakan 'bagaimana tadi di sekolah', ternyata itu pertanyaan paling nggak asyik buat mereka," tambahnya.
Dian Sastro berharap film ini dapat menjangkau lebih banyak penonton remaja. Ia melihat pentingnya generasi muda untuk ikut merasakan pesan yang dibawa cerita tersebut.