Di balik kemegahan estetikanya, film ini terasa hampa dan sulit membuat penonton peduli.
4. Mickey 17

Sebagai karya terbaru Bong Joon-ho pasca-Parasite, ekspektasi publik tentu melambung tinggi.
Premis tentang manusia ‘sekali pakai’ di luar angkasa sebenarnya menarik, namun eksekusinya terasa seperti ceramah panjang yang membosankan.
Karakter utama yang diperankan Robert Pattinson dibuat terlalu lamban, sehingga alur film terasa melelahkan tanpa daya kejut yang berarti.
5. Eddington

Ari Aster mencoba mengangkat isu pandemi dan politik melalui film ini.
Namun bukannya memberikan potret sosial yang tajam, Eddington justru terasa terlalu menggurui dengan simbol-simbol yang terlalu harfiah.
Padahal, kehadiran Joaquin Phoenix dan Pedro Pascal sudah sangat menjanjikan, namun ketegangan yang diharapkan justru berakhir menjadi kelelahan emosional.
6. The End

Konsep musikal tentang akhir dunia terdengar sangat ambisius di atas kertas.
Sayangnya, Joshua Oppenheimer terjebak dalam durasi yang sangat panjang dengan struktur cerita yang berulang-ulang.
Baca Juga: Di Balik Layar Film Modual Nekad: Totalitas Gisel, Hijab 'Natal' Gempi hingga Strategi Gading Marten
Alih-alih menggugah pemikiran tentang moralitas, film ini justru terasa pretensius dan terlalu sibuk mengagumi konsepnya sendiri hingga kehilangan dampak bagi penonton.
7. A Big Bold Beautiful Journey

Film ini menjadi contoh nyata dari sebuah karya yang ‘bermain terlalu aman’.
Alih-alih menggali kedalaman emosi manusia, ceritanya justru hanya bergerak di permukaan dengan pesan-pesan klise tentang masa lalu.
Tanpa arah yang jelas, film ini berakhir seperti tiruan karya klasik yang gagal memahami esensi maknanya.
Dari daftar film di atas, mana yang menurutmu paling bikin nyesel sudah beli tiketnya?
Kontributor : Safitri Yulikhah