Suara.com - Ketika sebagian besar orang mendeteksi infeksi virus corona Covid-19 menggunakan darah atau sekresi di pernapasan, Ian Pepper, dari Universitas Arizona, mengidentifikasinya dengan air limbah manusia.
Laboratoriumnya, University of Arizona's Water & Energy Sustainable Technology Center, menggunakan uji kimia untuk menganalisis polutan, virus, dan partikel lain dalam limbah.
Baru-baru ini, Pepper dan rekan-rekannya mencoba melacak dan mencegah wabah virus corona menggunakan metode epidemiologi berbasis air limbah yang telah dilakukan sejak Maret.
Minggu ini, studi yang mereka lakukan tampaknya telah menahan wabah virus corona Covid-19 di lingkungan Universitas Arizona.
Universitas memulai kelas tatap muka pada Senin (24/8/2020). Sebelum dibuka, Pepper dan timnya membuat sistem untuk menguji air limbah yang berasal dari sekitar 20 gedung di kampus, termasuk asrama.
![Ilustrasi seorang lelaki di laboratorium. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/05/29/82413-laboratorium.jpg)
Pada Selasa, sistem pengujiannya memberikan hasil bahwa dideteksi ada peningkatan virus corona Covid-19 di limbah kampus, khususnya berasal dari salah satu asrama.
Hari berikutnya, mereka menguji 311 orang yang tinggal di asrama tersebut. Hasilnya, dua dinyatakan positif dan mereka tergolong orang tanpa gejala (OTG).
Kedua mahasiswa itu langsung dikarantina, dan kini kampus sedang melakukan pelacakan kontak untuk menemukan kasus tambahan.
"Dengan deteksi dini ini, kami langsung melakukannya, menguji anak-anak itu, dan memberi mereka isolasi yang sesuai di tempat yang mereka butuhkan," jelas Richard Carmona, ketua gugus universitas dan mantan Jenderal Ahli Bedah Amerika Serikat.
Baca Juga: Awas, Ada Kemungkinan Covid-19 Menular Lewat Air Limbah
Pepper mengatakan tes limbah dapat mendeteksi peningkatan level virus corona hingga tujuh hari sebelum seseorang mulai menunjukkan gejala, lapor Business Insider.