Rumit, Dokter Bagikan Detail Saat Proses Operasi Jantung Diseksi Aorta

Risna Halidi Suara.Com
Sabtu, 14 November 2020 | 22:05 WIB
Rumit, Dokter Bagikan Detail Saat Proses Operasi Jantung Diseksi Aorta
Ilustrasi jantung manusia (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Setelah suhu mencapai derajat yang dibutuhkan, darah pun mulai dikuras dari tubuh. Artinya, aliran darah ke liver, ginjal, paru, apalagi jantung, usus, dan otot dihentikan," tambahnya.

Ia menekankan bagaimana aliran darah ke otak tetap tidak boleh ikut berhenti. Jika sampai terhenti total, pasien berisiko mengalami koma hingga meninggal dunia. Kata Suko, detik-detik selama tubuh tidak dialiri darah merupakan bagian paling menegangkan dan berisiko selama operasi berlangsung.

"Penghentian aliran darah ini tidak boleh lebih dari 40 menit. Kalau bisa lebih cepat dari itu sangat baik. Dalam rentang tersebut, dokter bedah akan menjahit aorta asendens yang koyak, memotong aorta arch dan menggantinya dengan graft."

Saat semua proses pembenahan bagian yang robek selesai, tim dokter harus kembali menghangatkan suhu badan pasien. Aliran darah harus dikembalikan sebagaimana mestinya.

Sebagian darah yang digunakan dalam operasi adalah darah pasien sendiri, dengan menggunakan alat yang disebut cell saver. Alat tersebut mampu menampung pendarahan yang terjadi selama operasi. Kemudian darah kembali diolah dan dimasukkan kembali ke tubuh pasien.

"Itulah sebabnya, seluruh proses operasi tersebut memakan waktu hingga delapan jam," tambahnya.

Pascaoperasi, tim dokter masih harus memerhatikan pasien dengan sangat cermat. Sebab, masalah pendarahan atau stroke dan risiko lainnya akibat proses pembekuan bisa muncul setelah operasi.

"Operasi Bentall, seperti operasi aorta lainnya, termasuk salah satu operasi tersulit di dunia, sehingga memerlukan banyak persiapan. Keahlian tim dokter, tim pendukung dan ketersediaan teknologi merupakan kunci keberhasilan operasi," tutup Suko.

Baca Juga: Awas, Cegukan Terus-menerus Bisa Jadi Gejala Serangan Jantung

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI