Suara.com - Varian baru virus Corona semakin sering dilaporkan di berbagai penjuru dunia. Terbaru, Prancis melaporkan kenaikan jumlah kasus baru ini.
Dilansir ANTARA, sekitar 10 persen dari kasus COVID-19 di Prancis merupakan varian baru virus corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Gabriel Attal, juru bicara pemerintah Prancis, mengatakan para ahli kesehatan sepakat bahwa varian COVID-19 Inggris memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi.
Saat wawancara dengan saluran radio France Inter pada Kamis, Attal kembali menegaskan bahwa opsi penguncian COVID-19 yang lebih ketat masih terbuka untuk diambil oleh pemerintah Presiden Emmanuel Macron.
Prancis melaporkan hampir 27.000 kasus baru COVID-19 pada Rabu (27/1), lonjakan harian tertinggi sejak pertengahan November ketika negara itu menerapkan pembatasan total kedua.
Data pada Rabu mengindikasikan bahwa aturan jam malam saat ini tidak mampu menekan penyebaran virus corona.
Sementara itu, Office for National Statistics (ONS) Inggris melaporkan dalam studinya bahwa gejala umum infeksi varian virus corona dari Inggris adalah batuk, kelelahan, sakit tenggorokan, dan nyeri otot.
Temuan ONS didasarkan pada sampel acak dari hasil tes enam ribu orang yang positif terinfeksi virus corona di Inggris yang dites antara pertengahan November hingga pertengahan Januari.
Sedangkan hilangnya bau dan rasa, justru kemungkinannya lebih kecil dalam infeksi varian baru virus corona ini. Namun, gejala ini masih menjadi tiga yang utama dari Covid-19.
Baca Juga: Selain Italia, Inggris Juga Belum Dapat Vaksin dari AstraZeneca
Dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 3.500 orang dengan varian baru ONS menemukan batuk, kelelahan, nyeri otot, dan sakit tengorokan merupakan gejala paling umum.