Jika tubuh kepanasan, maka keringat akan diproduksi lebih banyak untuk mendinginkan organ-organ lain. Keringat di kulit yang menguap ke udara akan membawa panas, sehingga suhu tubuh tetap terjaga di temperatur idel.
Pada orang yang tidak terbiasa berkeringat atau tinggal di dingin, normalnya produksi keringat adalah 1 liter perjam. Kemampuan produksi keringat meningkat menjadi 2-3 liter seiring tubuh yang beradaptasi dengan cuaca.
Proses membuat keringat lebih banyak ini memerlukan kerja jantung yang lebih berat. Jika perubahan suhu terjadi secara mendadak, pembuluh darah bisa menyempit sementara jantung terus memompa darah menuju kulit.
"Risiko bahaya sangat tergantung pada usia, kebugaran, hingga kondisi medis seseorang. Bagi mereka yang rentan, kefatalan akibat serangan panas cukup tinggi," tutur Kristie L. Ebi, PhD, pakar dari Center for Health and the Global Environment di University of Washington.
Sementara itu melansir BBC, serangan panas bisa menyebabkan beberapa dampak kesehatan. Selain serangan jantung, serangan panas bisa juga menyebabkan pembengkakan kulit hingga stroke.
"Ketika tubuh bekerja lebih keras, pembuluh darah melebar. Cairan bisa merembes melalui dindingnya. Ini menyebabkan pembengkakan jaringan di pergelangan kaki, atau kaki," menurut Lembaga Kesehatan Publik Inggris.
Gabungan dari kehilangan cairan akibat berkeringat ditambah tekanan darah rendah bisa mengarah pada masalah lebih serius.
Pada kondisi ekstrem, kegagalan hipotalamus bisa membuat tubuh lupa untuk berkeringat. Jika ini terjadi, maka suhu organ dalam akan tinggi, yang membuatnya mengalami masalah.
"Dampaknya bisa napas memburu, sakit kepala, lesu, dan kehilangan kesadaran. Jika tak ada tindakan darurat, bisa menyebabkan kegagalan organ dan kematian," kata NHS.
Baca Juga: Italia Catat Suhu Terpanas dalam Sejarah Eropa
Cara mencegah kematian karena serangan panas