Persoalan Gizi Anak Masih Jadi Tantangan di RI, Peneliti: Butuh Solusi Jangka Panjang

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 14 September 2021 | 15:30 WIB
Persoalan Gizi Anak Masih Jadi Tantangan di RI, Peneliti: Butuh Solusi Jangka Panjang
Persoalan Gizi Anak Masih Jadi Tantangan di RI, Peneliti: Butuh Solusi Jangka panjang. (Dok: Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Persolan gizi masih menjadi tantangan kesehatan bagi anak di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018 mencatat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita di Indonesia mencapai 17,7 persen dari populasi. Sedangkan stunting mencapai 30,8 persen.

Bahkan dibandingkan negara lain, pada 2019 UNICEF menyatakan 3 negara Asia Tenggara, yaitu Filipina, Indonesia, dan Malaysia, rata-rata 40 persen anak di bawah lima tahun mengalami kurang gizi.

Menanggapi kondisi tersebtu, Principal Investigator South-East Asia Nutrition Survey  (SEANUTS) Prof. Dr. dr. Rini Sekartani, Sp. A (K) mengatakan butuh edukasi dan peningkatan literasi agar masyarakat paham penting kecukupan gizi dalam upaya mencetak generasi Indonesia yang unggul di masa mendatang.

Persoalan Gizi Anak Masih Jadi Tantangan di RI, Peneliti: Butuh Solusi Jangka panjang. (Dok: Istimewa)
Persoalan Gizi Anak Masih Jadi Tantangan di RI, Peneliti: Butuh Solusi Jangka panjang. (Dok: Istimewa)

“Dibutuhkan sosialisasi dan edukasi, tetapi perubahan perilaku tidak terjadi secara instan, perlu waktu dan kesabaran,” katanya.

Sementara itu, tim peneliti SEANUTS dr. Aria Kekalih M.TI. mengatakan bahwa meningkatkan status gizi sebuah bangsa bukan perkara yang mudah, dibutuhkan langkah strategis yang komprehensif dari berbagai pihak termasuk para pemangku kepentingan.

Dia berpandangan masalah gizi harus dilihat dalam konteks continuum of care, yaitu pola asuh berkesinambungan di sepanjang siklus hidup.

“Berfokus pada 1.000 hari pertama kehidupan boleh saja. Tapi program penanganan malnutrisi harus juga menyasar para remaja, perempuan yang usia produktif, ibu hamil, ibu bekerja, dan bahkan lanjut usia,” ujar dia.

Kemudian, Field Coordinator SEANUTS DR. dr. Dian Novita Chandra M.Gizi menyerukan perlunya solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah gizi.

Dia menekankan pentingnya memasukkan isu gizi kurang ke dalam kurikulum pendidikan sejak masa remaja agar mereka dipersiapkan untuk bisa memilih gizi yang baik pada saat nanti menjadi ibu.

Baca Juga: Jumlah Balita Stunting di Medan Alami Penurunan

“Bahkan remaja lalki-laki dan bapak-bapak juga harus tahu sebenarnya,” katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI