suara hijau

Studi: 1 dari 20 Balita Jakarta Kena Pneumonia akibat Polusi Udara

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 10 Juli 2025 | 13:22 WIB
Studi: 1 dari 20 Balita Jakarta Kena Pneumonia akibat Polusi Udara
Suasana Jakarta yang terlihat samar karena polusi udara difoto dari atas Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Selasa (25/7/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Satu dari 20 balita di Jakarta terdiagnosis pneumonia selama tahun 2023. Risiko ini meningkat dua kali lipat di wilayah-wilayah dengan konsentrasi PM2.5 yang tinggi.

Temuan ini terungkap dalam white paper “Napas Terputus di Tengah Polusi: Dampak PM2.5 terhadap Pneumonia pada Balita di Jakarta”, hasil kolaborasi Nafas Indonesia, DBS Foundation, dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).

Penelitian ini dilakukan terhadap sekitar 275.000 balita di 10 kecamatan di Jakarta, dan mengungkap kaitan langsung antara paparan partikel polusi udara (PM2.5) dengan lonjakan kasus pneumonia pada anak-anak di bawah lima tahun.

Ilustrasi Anak Sakit Pneumonia (Freepik)
Ilustrasi Anak Sakit Pneumonia (Freepik)

Tingkat PM2.5 di Jakarta berada pada kisaran 35–40 µg/m³—tujuh kali lipat dari ambang batas aman WHO, yaitu 5 µg/m³.

Pneumonia sendiri dikenal sebagai silent killer, menyumbang 14% dari seluruh kematian anak di dunia dan merenggut lebih dari 800.000 nyawa balita setiap tahunnya.

“White paper ini menunjukkan bahwa udara bersih bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga menjadi isu kesehatan publik yang sangat mendesak,” ujar Nathaniel Roestandy, CEO Nafas Indonesia.

“Pendekatan berbasis data yang kami terapkan, dikombinasikan dengan ketelitian akademik FKM UI, serta dukungan DBS Foundation sebagai mitra strategis, memperkuat urgensi untuk segera mengambil tindakan demi kesehatan anak-anak kita.”

Kolaborasi ini tidak hanya menghasilkan studi akademik, tetapi juga mendorong integrasi lintas sektor antara teknologi kualitas udara, kesehatan masyarakat, dan advokasi.

Dana hibah dari DBS Foundation memungkinkan riset ini berlangsung, serta memperkuat posisi Nafas Indonesia sebagai social enterprise yang mendorong perubahan sistemik melalui data dan teknologi.

Baca Juga: WINNER Gelar Konser di Jakarta pada 20 September, Siap-siap War Tiket!

“Setiap warga negara berhak atas udara yang bersih dan sehat,” ujar Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia.

“Kami mendukung Nafas dalam upayanya meningkatkan kesadaran masyarakat akan kondisi udara yang lebih baik. Dengan begitu, setiap anak di Jakarta dan seluruh Indonesia bisa menjadi lebih sehat dan sejahtera di masa mendatang.”

Kekhawatiran ini juga digaungkan oleh dunia akademik.

“Temuan ini memperkuat apa yang sudah lama kami curigai: polusi udara adalah kontributor utama–namun sering diabaikan–terhadap infeksi saluran pernapasan pada anak-anak,” tegas Prof. Dr. R. Budi Haryanto, Guru Besar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI.

“Kami berharap bukti ini bisa menjadi dasar yang kuat untuk langkah pencegahan yang lebih strategis serta intervensi kebijakan yang mampu melindungi kelompok rentan, khususnya balita.”

Peluncuran white paper ini menjadi langkah penting dalam mendorong kebijakan berbasis bukti, serta memperkuat aksi kolektif demi hak dasar anak-anak Indonesia: bernapas dalam udara yang bersih dan sehat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI