Secara epidemiologis, testing lebih ideal dilakukan terhadap tiga kategori orang. Yakni yang mengalami gejala seperti Covid-19, pernah kontak erat dengan pasien Covid-19, dan baru pulang melakukan perjalanan dari daerah dengan tingkat paparan tinggi.
Namun yang terjadi di Indonesia, data testing bercampur dengan pemeriksaan yang di luar dari tiga kategori tersebut, seperti misalnya akan melakukan perjalanan. Terlebih saat dimasukkan hasil tes antigen dalam perhitungan positivity rate sejak Maret lalu.
"Kita memang masih punya PR karena ini bercampur dengan orang yang ingin melakukan perjalanan. Karena yang kita butuhkan sebetulnya yang paling baik dilakukan untuk penyelidikan epidemiologi dengan alasan mengonfirmasi orang tersebut terkonfirmasi atau tidak," papar Dewi.