Tapi, operasi plastik lainnya, seperti pembesaran payudara, sedot lemak, atau suntikan biasanya tidak direkomendasikan untuk anak di bawah umur karena beberapa alasan, termasuk kurangnya penelitian.
Rohrich juga prihatin dengan lonjakan jumlah anak muda yang melakukan suntikan atau filler pada pipi dan bibi, meskipun tingkat keamanan tindakan ini pada remaja masih kurang bukti.
"Saat ini, memang banyak gadis-gadis remaja yang hidup dalam budaya penuh tekanan akan penampilan mereka. Karena itu, banyak yang sudah merias wajahnya hingga melakukan operasi plastik," kata Leora Tanenbaum, penulis feminis I Am Not a Slut.
Alih-alih menghakimi atau mempermalukan orang-orang tersebut, orang dewasa perlu berpikir lebih kolektif tentang tekanan akan penampilan yang dialami oleh gadis remaja.
Menurut Dr. Steven Pearlman, ahli bedah plastik wajah bersertifikat, operasi plastik meningkatkan kepercayaan diri dengan memberikan lebih banyak dorongan psikologis pada remaja daripada perubahan fisik yang sebenarnya, terutama mereka yang diintimidasi atau memiliki harga diri yang buruk.
Meskipun sah bagi ahli bedah plastik untuk melakukan prosedur pada siapa pun yang berusia kurang dari 18 tahun dengan persetujuan orang tua atau wali, Pearlman mencatat bahwa penting bagi remaja memiliki kedewasaan emosional untuk menyadari risiko menjalani prosedur, seperti infeksi, pendarahan, dan jaringan parut untuk operasi hidung.
Karena tubuh remaja masih berkembang, para ahli justru menyalahkan orang-orang yang mengomentari tubuh atau penampilan gadis remaja.
Zuckerman berpendapat ahli bedah perlu lebih bijaksana untuk menunda operasi plastik pada remaja. Sedangkan, orangtua yang mengetahui anak-anaknya ingin operasi plastik lebih bisa mengontrolnya, setidaknya menunggu mereka usia 18 tahun.
Baca Juga: Akibat Komplikasi Virus Corona Covid-19, Kedua Kaki Wanita Ini Harus Diamputasi!