Penambahan Kasus Tinggi, Kenapa Angka Kematian Covid-19 di China Relatif Rendah?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 26 April 2022 | 10:33 WIB
Penambahan Kasus Tinggi, Kenapa Angka Kematian Covid-19 di China Relatif Rendah?
Para pekerja medis dengan mengenakan pakaian pelindung memeriksa seorang pasien di dalam bangsal terisolasi Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Wuhan, pusat penyebaran wabah virus corona baru, di Provinsi Hubei, China, 16/2/2020. (ANTARA/China Daily/ via REUTERS/tm)

Faktor lain bisa jadi adalah kebijakan China tentang pengujian massal yang agresif, yang dapat mengungkap lebih banyak infeksi daripada negara-negara seperti India yang menghadapi kekurangan pengujian.

"Kemungkinan Anda menemukan kasus positif tetapi tanpa gejala dan ringan sangat tinggi," secara statistik menekan angka kematian secara keseluruhan, Leong Hoe Nam, seorang spesialis penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura, mengatakan kepada AFP.

Namun demikian, "selalu ada jeda antara kasus yang diidentifikasi dan dilaporkan, dan orang yang sakit dan meninggal akibat infeksi ini," tambah Baker.

Kematian akibat wabah Wuhan pada awal pandemi kemudian direvisi naik hingga 50 persen oleh otoritas China.

Prabhat Jha, seorang profesor epidemiologi di University of Toronto, mengatakan korban keseluruhan dari wabah saat ini bisa menjadi "jumlah yang sangat besar" karena banyaknya jumlah lansia yang kurang divaksinasi, dan vaksin dengan tingkat kemanjuran yang lebih rendah.

Ahli epidemiologi terkemuka China Wu Zunyou telah mengaitkan tingkat kematian yang rendah di negara itu dengan strategi deteksi dini melalui pengujian massal.

"Menjaga skala wabah seminimal mungkin akan sepenuhnya menghindari kematian yang disebabkan oleh tekanan pada sumber daya medis," kata Wu.

Beijing juga memanfaatkan angka kematian yang rendah sebagai dukungan atas kebijakan ketat Covid-nya, mengklaim telah menempatkan kehidupan manusia di atas kebebasan, tidak seperti negara demokrasi Barat yang telah menderita korban lebih banyak.

Mai He, seorang ahli patologi di Universitas Washington, mengatakan data itu "sangat terpengaruh secara politis".

Baca Juga: Tak Mudik ke Solo, Presiden Jokowi Pilih Salat Idul Fitri di Yogyakarta

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI