Peneliti Sebut Posisi Tidur yang Buruk Bisa Picu Penyakit Saraf Motorik

Kamis, 09 Juni 2022 | 15:13 WIB
Peneliti Sebut Posisi Tidur yang Buruk Bisa Picu Penyakit Saraf Motorik
Ilustrasi posisi tidur (shutterstock)

Suara.com - Posisi tidur yang buruk dapat menyebabkan stres pada tulang belakang dan meningkatkan rasa sakit di punggung dan bahu.

Tapi, tak banyak yang tahu bahwa posisi tidur yang buruk juga bisa memicu penyakit syaraf motorik seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS).

Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa posisi tidur telentang, samping atau depan juga bisa berdampak pada kesehatan otak.

Meskipun kondisi ini bentuk paling umum dari penyakit neuron motorik, tapi sekarang ini belum ada obat untuk menyembuhkan ALS.

Orang dengan ALS juga dikenal sebagai Lou Gehrig, yang membuatnya kehilangan kemampuan untuk mengontrol gerakan otot, termasuk bernapas, berbicara, dan menelan.

Penyakit neurodegeneratif, termasuk ALS, penyakit Parkinson, dan Alzheimer meningkat seiring bertambahnya usia dan mengakibatkan hilangnya jaringan otak secara bertahap.

Ilustrasi posisi tidur (shutterstock)
Ilustrasi posisi tidur (shutterstock)

Para peneliti dilansir dari Mirror UK, telah mengidentifikasi peningkatan protein limbah yang menumpuk di otak dengan penyakit tersebut.

Sebuah studi baru-baru ini diterbitkan di BioMed Central mempelajari tikus dan mengidentifikasi target baru dalam perang melawan ALS.

Penelitian mengeksplorasi peran sistem glymphatic dalam mencegah ALS. Sistem ini menghilangkan limbah dari otak, termasuk protein beracun.

Baca Juga: Yoo Jae Suk Disorot Gegara Bantu Bayar Biaya Perawatan Pasien Transplantasi Jantung

Dalam tubuh kita, rantai protein panjang terlipat akan menciptakan bentuk yang dirancang untuk melakukan tugas tertentu, seperti membuat antibodi untuk melawan infeksi.

Terkadang, protein yang menggumpal saat prosesnya salah ini bisa bisa memecah dan membuat benih yang menyebar ke seluruh otak untuk membentuk kelompok baru.

Studi tersebut memeriksa tikus yang dimodifikasi secara genetik untuk menentukan apakah menghilangkan atau memperlambat penyebaran protein limbah dan benihnya dapat memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit.

Para peneliti menemukan bahwa tikus yang terpapar protein dan terlibat dalam ALS menunjukkan gejala klasik penyakit, termasuk atrofi otak.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan pembersihan limbah glymphatic yang lebih buruk. Sistem glymphatic umumnya non-responsif saat kita terjaga dan malah aktif saat kita tidur.

Padahal kualitas tidur menurun seiring bertambahnya usia, sementara risiko penyakit neurodegeneratif, termasuk ALS akan meningkat.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI