Suara.com - Asma masih menjadi masalah kesehatan yang dialami banyak orang. Dari data Global Asthma Network, diperkirakan lebih dari 18 juta orang di Indonesia atau 7,5 persen menderita kondisi asma. Penyakit asma juga tidak hanya diderita anak-anak, tetapi remaja maupun orang dewasa.
Sementara tingginya angka asma di Indonesia, banyak juga mitos-mitos yang beredar mengenai penyakit ini, salah satunya terkait tidak boleh olahraga.
Orang-orang dengan penyakit asma sering dikatakan tidak boleh berolahraga karena dapat membuat gejala yang dirasakan semakin buruk. Namun, apakah benar para penderita asma tidak bisa berolahraga?

Menanggapi hal tersebut, Dokter Spesialis Paru, dr. Arief Bakhtiar, SpP(K) mengatakan, penderita asma pada dasarnya tetap bisa untuk melakukan olahraga. Namun, olahraga yang dilakukan tidak bisa sembarangan.
Penderita asma disarankan untuk tidak melakukan olahraga yang dihentak-hentak. Namun, mereka dapat melakukan olahraga yang bersifat berkelanjutan.
“Olahraga yang disarankan untuk penderita asma itu disarankan olahraganya yang tidak menghentak-hentak, seperti katakanlah sepak bola, bulu tangkis. Umumnya untuk awal-awal tidak disarankan, Disarankannya itu yang sifatnya continue karena tidak ada perubahan saluran napas mendadak, seperti renang kemudian jogging, yoga, jalan kaki,” ujar dr. Arief dalam Webinar Peringatan Hari Asma Sedunia, Selasa (2/5/2023).
Meski demikian, olahraga ini juga tetap harus memperhatikan kondisi asmanya. Misalnya untuk berenang, ada beberapa orang yang memang sangat sensitif, khususnya dingin, batuk, dan tidak nyaman. Hal tersebut butuh adaptasi latihan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.
“Tapi memang hati-hati pada beberapa penderita yang juga masih hypersensitive pada hawa dingin, mungkin awal-awal akan sering batuk-batuk dan tidak merasa nyaman dulu. Tapi semakin lama semakin dilatih biasanya bisa membaik.,” jelas dr. Arief.
Selain itu, meski olahraga diperbolehkan, penderita juga tetap harus membawa obat pelega untuk antisipasi jika asma bisa tiba-tiba.
Baca Juga: Selesaikan Polemik Dualisme Cabang Olahraga Tenis Meja, Dito Ariotedjo Lakukan Hal Ini
“Tentu saja obat-obat pertolongan seperti obat pelega itu harus selalu disediakan saat menjalani olahraga,” ucap dr. Arief.