- Menurut survei, banyak oranng tua yang burnout ketika membesarkan anak karena berbagai tuntutan yang muncul.
- Khususnya ibu, kerap didera perasaan khawatir memikirkan kesehatan, kebahagiaan, hingga keuangan keluarga.
- Ibu acap meresahkan apakah sang buah hati sudah mendapatkan gizi terbaik, sehingga perlu fokus pada nutrisi dan otak anak.
Suara.com - Menjadi orang tua di era modern bukan perkara mudah. Survei dari Ohio State University menunjukkan, sekitar 62 persen orang tua mengalami burnout akibat tuntutan dalam membesarkan anak.
Menurut kamus psikologi American Psychological Association (APA), burnout adalah kelelahan fisik, emosional, atau mental, disertai dengan penurunan motivasi, penurunan kinerja, dan sikap negatif pada diri sendiri maupun orang lain.
Kondisi burnout ini dialami orang tua, khususnya ibu karena kerap didera perasaan khawatir memikirkan kesehatan, kebahagiaan, hingga keuangan keluarga. Terlebih pada anak, ibu tidak luput dari keresahan apakah sang buah hati sudah mendapatkan gizi terbaik untuk tumbuh kembangnya.
Apalagi selain 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dikenal sebagai golden age atau usia emas, maka usia di bawah lima tahun alias balita dikenal sebagai early childhood development period atau periode pertumbuhan dan perkembangan, yaitu fase krusial untuk nutrisi, stimulasi, dan kesehatan.
“Masa pertumbuhan merupakan jendela kesempatan yang menentukan kualitas anak. Asupan yang lengkap dan seimbang akan mendukung fisik, fungsi kognitif, hingga emosional yang membantu anak lebih siap belajar, bergerak, dan bertumbuh,” ungkap Health Communicator Kalbe Nutritionals, dr. Dewi Virdianti P melalui keterangannya, Selasa (23/9/2025).
Agar balita tumbuh jadi anak cerdas dan aktif, maka kuncinya orang tua harus fokus pada nutrisi untuk otak anak. Lantaran pada usia balita, anak cenderung penuh rasa ingin tahu sehingga perlu berkonsentrasi.
Ditambah di usia balita juga, orang tua perlu melatih sensorik yaitu pancaindra dan motorik alias fungsi gerak otot tubuh pada buah hati. Tapi di saat bersamaan, para orang tua juga harus memastikan agar daya tahan tubuh anak tetap terjaga.
Sederet target pertumbuhan dan perkembangan anak inilah yang akhirnya membuat para orang tua terbebani dan khawatir tidak bisa tercapai. Sehingga menurut Brand Manager Morinaga Chil*Go!, Andre Gusli, seharusnya orang tua mendapatkan oase.
“Fase tumbuh kembang merupakan periode yang sangat penting bagi anak sehingga setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik,” ujar Andre.
Baca Juga: Ivan Gunawan Sebut Ibu-Ibu yang Pinjam Uang Rp200 Juta Nangis Cuma Akting
Andre juga menekankan pentingnya anak balita diberikan keleluasaan untuk mencoba berbagai hal baru, sehingga mereka bisa bereksplorasi seperti mengikuti Bintangnya Chil*Go! yaitu wadah bagi anak-anak Indonesia untuk dapat berprestasi dalam bidang apa pun.
Bidang yang bisa dicoba beragam, mulai dari akademik maupun non-akademik. Berbagai bidang ini bisa dicoba sekaligus untuk melatih konsentrasi, keterampilan motorik halus, serta rasa percaya diri.
Sementara itu, laman Singapore Brain menyebutkan setidaknya ada tiga cara ampuh untuk melatih fokus anak, di antaranya sebagai berikut:
1. Latihan pendengaran
Mendengarkan pola suara hingga getaran yang terorganisir bisa meningkatkan fokus, memori, bicara, bahasa, dan fungsi eksekutif anak.
2. Permainan teka-teki
Teka-teki adalah permainan melatih fokus yang sangat baik untuk meningkatkan perhatian. Permainan teka-teki ini di antaranya jigsaw, teka-teki silang, atau bahkan sudoku untuk merangsang dan melibatkan otak.
3. Lakukan pekerjaan rumah
Mengubah pekerjaan rumah menjadi olahraga dapat membantu anak meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus. Ini karena konsentrasi mereka akan mulai terstruktur secara perlahan.