Suara.com - Baru sekitar satu bulan pascaoperasi, Nada Tarina Putri akhirnya mengungkap dan berbagi tentang perjalanan pemulihannya setelah menjalani operasi besar untuk mengatasi skoliosis.
Melalui unggahan di Instagram, ia memamerkan foto rontgen tulang belakangnya sebelum dan sesudah operasi, serta memperlihatkan bekas jahitan panjang di punggungnya.
Dalam keterangan unggahannya, Nada mengungkap bahwa dirinya harus menjalani operasi lantaran skoliosis yang diidapnya sudah memiliki kelengkungan tulang belakangnya yang cukup parah, yaitu sekitar 46' di bagian bawah dan 38' di bagian tengah, disertai rotasi grade 3.
Karena kondisi tersebut, aktivitas-aktivitas yang pernah menjadi rutinnya seperti balet harus dihentikan sementara waktu dan kini ia pun baru mulai kembali menjalani aktivitas seperti biasa.
Operasi tersebut menjadi pengalaman pertama bagi Nada menjalani rawat inap dan prosedur medis serius. Ia dirawat selama 12 hari di rumah sakit.
Skoliosis sendiri menjadi salah satu penyakit atau kelainan yang kerap diidap oleh wanita . Lalu, apa yang sesungguhnya menjadi penyebab skoliosis, terutama pada wanita? Simak inilah selengkapnya.
Apa Itu Skoliosis?
Skoliosis adalah kondisi kelainan tulang belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping menjadi huruf “C” atau “S”. Normalnya, tulang belakang harusnya tetap lurus dari sisi belakang tubuh.
Selain kelengkungan ke samping, rotasi atau putaran pada vertebra juga bisa terjadi dan membuat satu sisi tubuh tampak lebih menonjol seperti satu bahu atau sisi pada punggung.
Baca Juga: Waspadai Skoliosis: Ancaman Baru dari Gaya Hidup Digital yang Sering Diabaikan
Kondisi ini bisa ringan hingga sangat berat, tergantung derajat kelengkungannya dan dampaknya terhadap fungsi tubuh.
Mengapa Wanita Lebih Rentan Terkena Skoliosis?
Data klinis dan observasi menunjukkan bahwa skoliosis idiopatik atau enis skoliosis yang penyebab pastinya belum diketahui dengan jelas lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan dibanding laki-laki.
Ada beberapa teori dan faktor yang diduga menjadi penyebabnya, antara lain :
1. Pertumbuhan yang cepat (growth spurt) pada masa pubertas
Masa remaja perempuan biasanya diwarnai lonjakan pertumbuhan tulang dan tinggi badan dalam waktu pendek. Saat terjadi pertumbuhan cepat, struktur tulang dan jaringan ikat seperti ligamen dan otot menjalani adaptasi besar.
Dalam fase ini, stabilitas dan keseimbangan mekanis tulang belakang bisa terganggu, sehingga kelengkungan patologis bisa muncul lebih mudah pada mereka yang memiliki predisposisi.
2. Pengaruh hormon seks (estrogen & hormon pertumbuhan)
Perempuan memiliki hormon estrogen yang relatif tinggi dibanding laki-laki. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hormon seks bisa memengaruhi kekuatan tulang, elastisitas jaringan ikat, dan pertumbuhan tulang.
Fluktuasi hormon bisa memengaruhi keseimbangan jaringan, sehingga wanita bisa lebih rentan terhadap perubahan posisi tulang atau penurunan ketahanan struktur pendukung tulang belakang.
3. Faktor genetik/keturunan
Meskipun skoliosis idiopatik tidak memiliki satu gen penyebab tunggal yang pasti, riwayat keluarga menjadi faktor risiko yang kuat.
Jika dalam keluarga seperti ibu, saudara kandung ada orang yang mengalami skoliosis, maka kemungkinan anak perempuan turunannya memiliki risiko lebih tinggi.
4. Perbedaan struktur tubuh dan kelemahan otot inti (core muscles)
Beberapa teori menyebutkan bahwa struktur anatomi tubuh wanita yang kadang memiliki pinggul lebih lebar, distribusi massa otot yang berbeda, dan postur tubuh yang sedikit berbeda turut memengaruhi beban mekanis yang harus ditanggung tulang belakang.
Jika otot inti kurang kuat atau tidak seimbang, beban pada tulang belakang menjadi tidak merata dan berpotensi memicu kelengkungan.
5. Kondisi medis atau pertumbuhan tulang yang tidak normal
Beberapa wanita mungkin memiliki kelainan bawaan pada struktur vertebra seperti vertebra bentuk tidak sempurna, cacat perkembangan atau kelainan metabolik tulang seperti misalnya kepadatan tulang rendah yang pada fase pertumbuhan memperbesar risiko terjadinya skoliosis.
Meskipun begitu, ada beberapa cara untuk bisa melakukan pencegahan terhadap skoliosis yang dapat dimulai sedini mungkin seperti :
- Pemeriksaan rutin sejak usia remaja dengan deteksi dini jika ada kelainan postur
- Melakukan latihan fisik & penguatan inti tubuh
- Menjaga postur tubuh saat duduk, berdiri, belajar
- Asupan nutrisi yang mendukung kesehatan tulang (kalsium, vitamin D, protein)
- Menghindari beban berat di satu sisi tubuh, misalnya membawa tas berat sebelah.
Kesehatan tulang menjadi salah satu faktor keberlangsungan hidup dengan harapan hidup lebih lama terutama bagi perempuan. Maka dari itu, segera lakukan pengecekan dan hindari banyak faktor penyebab skoliosis agar hal tersebut tak terjadi pada kita.
Kontributor : Dea Nabila