Ke Bali, Jangan Lupa ke Pura Maospahit, Peninggalan Kebo Iwa

Siswanto Suara.Com
Selasa, 01 September 2015 | 12:41 WIB
Ke Bali, Jangan Lupa ke Pura Maospahit, Peninggalan Kebo Iwa
Pura Maospahit di Jalan Sotomo, Denpasar, Bali, Selasa (1/9/2015) [suara.com/Luh Wayanti]

Suara.com - Pulau Bali dijuluki pulau 1.000 pura. Hampir setiap desa memiliki pura, bahkan dalam satu wilayah yang jaraknya kurang lebih 500 meter terdapat dua pura.

Pura Maospahit salah satunya. Pura yang terletak di Jalan Sotomo, Denpasar, merupakan peninggalan Mahapatih Kebo Iwa. Dia salah seorang panglima militer Bali pada masa pemerintahan Prabu Sri Asta Sura Ratna Bumi Banten pada awal abad 14.

Meskipun panglima militer, Kebo Iwa juga ahli dalam Undalgi (arsitek tradisional Bali). Dia pernah membangun berbagai tempat ibadah. salah satunya Maospahit yang hingga saat ini masih berdiri kokoh.

Menurut penjaga pura Maospahit, Jro Mangku Ketut Gede Sudiasna, pura dibangun pada 1200 tahun saka. Awalnya pura hanya berukuran kecil, tetapi kemudian dikembangkan lagi oleh Gajah Mada di jaman Majapahit.

“Awalnya yang membangun ini adalah Sri Kebo Iwa, namun masa itu Majapahit datang kemudian diperbesar pura ini. Luas pura ini sekitar 70 are atau satu hektar kurang,” katanya saat ditemui di Denpasar, Selasa (1/9/2015).

Pura di Bali umumnya hanya memiliki tiga ruangan atau tri suci mandala tiga, tapi pura satu ini yang diperluas oleh kerajaan Majapahit pada tahun saka 1475 ini ada empat mandala.

Halaman pertama ada Candi Rebah, Ratu Gede Kobar Api, Bale Pesandikean, Bale Gede, Bale Sakalaulu, Parerepan, Paweragan, Batara Wisnu, Sumur, Candi Bentar, Ratu Ngurah Bayu-Ratu Ngurah Paksi.

Halaman kedua terdapat Bale Pesucian, Bale Tajuk, Bale Sumangge, Kori Agung. Halaman ketiga terdapat Agung Bale Pangayunan, Bale Patirtan, Ratu Pregina, Bayara Taksu, Vandi Raras Majapahit, Palingi-Palingging, Gedong Batara Guru, Ratu Pregina,Batara Taksu, Candi Raras Maospahit (palingging gedong bata merah cukup besar dimana terdapat dua patung yang mengapit pintu), Ratu Hyang Agung, Piasan, Palinggih, Komleks Sanggak Pemanggku, dan Bele piasan.

Sedangkan halaman empat terdapat Candi Rengat, Bale Kembar, Bale Kulkul, Ratu Ngerurah Pengalasan, Piasan, Candi Kusuam.

Pura ini memiliki lima dewa penjuru angin yaitu Sangkatra, Indara, Yama, Kuwera, dan Baruna.

Dia menjelaskan semua area yang berada dalam pura Maospahit sangat penting, namun dari semua bangunan yang paling penting adalah candi Raras Maospahit yang beratapkan ijuk.

“Di sini ada dua candi raras, namun ketika kami sembahyang yang kami muliakan yaitu Ratu Ayu Mas Maosopahit yang dicandikan dalam candi Raras Maospahit,” katanya.

Pemangku berumur 60 tahun ini menceritakan semua yang ada di dalam pura Maospahit masih asli peninggalan masa kerajaan Majapahit. Maospahit merupakan bahasa Bali yang artinya Majapahit.

Gedong yang dibangun dan diberi nama candi Raras Majapahit ini berdasarkan ukuran gedong atau candi yang ada di kerajaan Majapahit.

Biasanya saat upacara pemujaan tempat suci untuk menghubungkan diri denan roh leluhur yang bertempat jauh yaitu Majapajit.

REKOMENDASI

TERKINI