Destinasi Halal Jadi "Core Business" Aceh

Madinah Suara.Com
Selasa, 20 September 2016 | 13:56 WIB
Destinasi Halal Jadi "Core Business" Aceh
Masjid Baiturrahman di Naggroe Aceh Darussalam. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pariwisata Arief Yahya genjot semangat para Chief Executive Officer (CEO) dalam presentasi selama 65 menit dalam Rakor Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nanggoe Aceh Darussalam (NAD). Acara ini diselenggarakan di Hotel Hermes, Banda Aceh, 19 September 2016, yang dihadiri Gubernur NAD, Zaini Abdullah, puluhan bupati, dan wali kota Serambi Mekkah.

“Sudah betul, jika Aceh menempatkan halal tourism sebagai core economy daerah!” tegas menpar, Banda Aceh, Senin (19/9/2016).

Sejak 2014, terjadi ledakan pasar wisata halal di dunia, yang size-nya sangat signifikan. Berdasarkan data, dari 6,8 miliar penduduk dunia, 1,6 miliar adalah Muslim, dan 60 persennya di bawah usia 30 tahun. Bandingkan dengan total penduduk Cina, yang mencapai 1,3 miliar orang, yang mana 43 persen berada di bawah usia 30 tahun.

“Total pengeluaran wisatawan Muslim dunia sekitar US$ 142 miliar, hampir sama dengan pengeluaran wisatawan Cina yang sebesar US$ 160 miliar, yang sekarang menjadi rebutan seluruh negara di dunia, terutama yang mengembangkan pariwisata,” jelas Arief.

Kedua, lanjut mantan Dirut PT Telkom ini, dari sisi sustainability atau growth, wisata halal juga naik signifikan, yaitu 6,3 persen. Jumlah ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dunia, yaitu 4,4 persen, lebih besar dari rata-rata pertumbuhan di Cina, 2,2 persen dan ASEAN sebesar 5,5 persen.

Data Comcec Report February 2016, Crescentrating, pada 2014, ada 116 juta pergerakan halal traveller. Mereka memproyeksikan, pada 2020 akan menjadi 180 juta perjalanan, atau naik 9,08 persen.

Di Indonesia juga naik, dalam 3 tahun terakhir rata-rata kenaikannya 15,5 persen. “Semakin kuat, size-nya besar, sustainability-nya juga besar,” tambahnya.

Ketiga, spread atau keuntungannya juga besar. Rata-rata wisman dari Arab Saudi membelanjakan US$ 1.750 per kunjungan. Angka itu jauh lebih besar dari-rata-rata wisman Asia, yang berada di kisaran US$ 1.200.

“Ini menjadi alasan paling kuat, mengapa Aceh harus menetapkan pariwisata sebagai portofolio bisnisnya dan menjadikan halal tourism sebagai core economy-nya,” tegas lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Program Doktor Unpad Bandung itu.

Untuk mewujudkan Aceh sebagai daerah pariwisata, menpar menyebut ada 3 hal. Pertama, pilih kepala dinas pariwisata yang terbaik dari seluruh sumber daya manusia yang dimiliki, agar bisa dengan cepat membawa Aceh menjadi destinasi halal dunia.

REKOMENDASI

TERKINI