Satu-satunya dampak dari kulminasi adalah bayangan yang menghilang karena matahari berada tepat di atas kepala.
Efek lainnya, kulminasi dapat digunakan sebagai ajang untuk lebih mengenal pergerakan bumi dan matahari serta belajar astronomi.
4. Tidak terjadi secara serentak
Hari tanpa bayangan tidak berlangsung secara serentak di seluruh wilayah Indonesia. Sebaliknya, ada beberapa daerah yang sudah lebih dulu mengalami kulminasi sementara daerah lainnya belum.
Sebagai contoh, Pontianak yang tepat dilewati garis khatulistiwa akan mengalami kulminasi tepat saat ekuinoks terjadi, yaitu pada 21 Maret dan 23 September.
Di hari itu pun, kulminasi baru terjadi pada pukul 11.50 WIB untuk tanggal 21 Maret 2019 dan 11.35 WIB untuk tanggal 23 September 2019.
Di sisi lain, daerah seperti Banda Aceh sudah mengalami kulminasi pada tanggal 9 September. Sementara, kota-kota di Pulau Jawa baru akan mengalami kulminasi mulai tanggal 9 - 13 Oktober nanti lho.

5. Bisa membuat telur berdiri tegak
Selain menghilangnya bayangan, peristiwa kulminasi juga identik dengan telur yang dapat berdiri tegak.
Baca Juga: Ditemukan Jam Matahari dan Jam Batu Lain Buatan Manusia Purbakala
Hal ini dikarenakan gaya gravitasi matahari terhadap bumi akan bertambah kuat pada saat kulminasi terjadi.
Akibatnya, telur ayam pun dapat berdiri tegak tanpa dipegangi pada saat kulminasi terjadi. Biasanya, warga Pontianak juga akan ramai-ramai mendirikan telur dan menarik perhatian banyak wisatawan.
6. Tidak hanya terjadi di Indonesia
Selain Indonesia, kulminasi juga dapat dinikmati oleh negara-negara yang terletak di garis khatulistiwa.
Beberapa negara tersebut di antaranya adalah Brasil, Ekuador, Gabon, Somalia, Kenya, Maladewa, Republik Kongo, Uganda, dan Nauru.
Uniknya, Kota Pontianak di Indonesia adalah satu-satunya yang tepat dilintasi garis khatulistiwa. Tidak heran, Kota Pontianak pun terkenal dengan keberadaan Tugu Khatulistiwa yang bayangannya akan menghilang saat kulminasi.