
"Usaha ini kalau ditekuni enak, santai," ucapnya, seraya menawarkan sebotol teh dingin.
Pesanan gamelan buatan mereka sampai ke Prancis, Suriname, Kanada, Kalimantan, Irian Jaya.
"Kami mandiri menjalankan usaha ini, walau sempat ada bantuan alat dan pelatihan dari pemerintah daerah DIY," kata dia.
Ia berharap, ke depan, kaum muda lebih ingin menekuni karya leluhur mereka. Takut kalau diambil dan diakui negara lain.
"Sekarang itu orang Belanda, Amerika sudah mahir main gamelan. Masa orang lain bisa kita tidak bisa. Kita isane gawe (bisanya membuat) tapi tidak bisa," kelakar Permadi.
Kontributor : Uli Febriarni