Suara.com - Dari Gus Dur Sampai Multatuli, 5 Buku Tokoh Bangsa Ini Bisa Temani Saat WFH
Work From Home atau WFH kerap membuat kita mati gaya. Terlebih karena imbauan di rumah aja sudah memasuki minggu ketiga dan akan diperpanjang sampai dua minggu ke depan.
Untuk menemani masa WFH dan di rumah aja agar lebih berwarna, tak ada salahnya membaca buku-buku yang menulis dan ditulis tentang tokoh Bangsa. Dari Gus Dur sampai Multatuli, berikut lima buku yang bisa kamu nikmati selama di rumah aja.
1. Buku Tuhan Tidak Perlu Dibela dari Gus Dur

Buku Tidak Perlu Dibela ditulis oleh mendiang KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Secara garis besar, buku ini berisi kumpulan tulisan Gus Dur yang dibuat sejak tahun 1970an hingga 1980an. Meski sudah puluhan tahun lalu, banyak orang mengatakan bahwa relevansinya masih sangat kental hingga sekarang.
Buku ini diterbitkan oleh penerbit Ircisod dan memiliki 360 halaman. Temukan stok buku Tuhan Tidak Perlu Dibela dengan klik di serbada.com.
2. Multatuli Max Havelaar dari Douwes Dekker

Buku Multatuli merupakan karya sastra klasik. Buku ini dianggap berhasil membuka mata dunia, bahwa pada tahun 1800-an, ada negeri khatulistiwa yang kaya bernama Hindia Belanda yang kini dikenal dengan nama Indonesia.
Baca Juga: 161 Tenaga Medis di Jakarta Positif Corona, Meninggal Bertambah Satu
Sayangnya, Tanah Surga itu dikuasai olej orang-orang bobrok.
Buku ini ditulis oleh Douwes Dekker alias Multatuli, seorang berkebangsaan Belanda yang lahir tahun 1820. Isinya mengisahkan pengalamannya semasa menjabat sebagai asisten residen di Lebak Banten. Melalui karyanya ini, Dekker menciptakan tokoh bernama Max Havelaar, yang sebenarnya adalah dia sendiri.
Temukan stok buku Multatuli dengan klik serbada.com.
3. Tan dari Hendri Teja

Tan Malaka sebenarnya hanya nama pena. Ia terlahir dengan nama asli Ibrahim saat musim paceklik.
Tan adalah sebuah novel sejarah yang mengungkap sisi kehidupan Tan Malaka, salah satu sosok terpenting dalam kemerdekaan Republik Indonesia, bapak bangsa yang terlupakan.