Di gudang, seperti yang dioperasikan oleh Amazon dan Walmart, robot sudah digunakan untuk meningkatkan pekerjaan efisiensi. Kedua perusahaan ingin meningkatkan penggunaan robot untuk penyortiran, pengiriman, dan pengemasan barang.
Hal itu juga untuk mengurangi jumlah pengaduan dari para pekerja gudang yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan jarak sosial dalam kondisi saat ini. Tetapi, menurut para pakar teknologi, mempekerjakan robot justru akan membuat sebagian dari mereka kehilangan pekerjaan.
Para ahli memprediksi, setelah perusahaan berhasil mempekerjakan robot, tidak mungkin perusahaan itu akan menggunakan kembali tenaga manusia.
Robot memang lebih mahal untuk dibuat dan digunakan dalam bisnis, tetapi jika sudah dipekerjakan dalam beberapa waktu, robot biasanya lebih murah daripada pekerja manusia.
Menurut futuris Martin Ford, menggunakan robot saat masa pandemi Covid-19 juga menghadirkan beberapa keunggulan pemasaran.
"Orang akan lebih suka pergi ke tempat yang memiliki lebih sedikit pekerja dan lebih banyak mesin karena mereka merasa dapat menurunkan risiko (paparan virus) secara keseluruhan," jelasnya
Tapi, bagaimana dengan industri layanan seperti pengajaran?
Kecerdasan buatan untuk robot ternyata sedang dikembangkan dan ditargetkan bisa menggantikan tutor sekolah, pelatih kebugaran, atau penasihat keuangan.
Facebook dan Google bahkan telah mengandalkan AI untuk menghapus lebih banyak postingan yang tidak pantas karena pekerja konten manusia tidak dapat meninjau hal-hal tertentu dari rumah.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus, Pasien COVID-19 di Rumah Sakit Ini Dilayani Robot
Sebuah laporan 2017 yang dibuat konsultan global McKinsey memperkirakan sepertiga pekerja di AS akan digantikan dengan digital dan robot pada tahun 2030.
Tetapi peristiwa pandemi memiliki potensi untuk mempercepat prediksi teesebut. Para ahli mengatakan itu sepenuhnya tergantung pada manusia untuk memutuskan apa yang mereka inginkan untuk mengintegrasikan teknologi robot di dunia.