Suara.com - Perayaan lebaran, termasuk Idul Adha, merupakan momentum paling istimewa bagi umat muslim. Berbagai jenis menu hidangan siap santap pun sudah pasti tersedia untuk dinikmati.
Di Sulawesi Selatan, ada buras, makanan khas Bugis yang selalu menjadi primadona di kalangan masyarakat setiap lebaran, baik lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha.
Buras menjadi hidangan yang paling banyak dijumpai di setiap rumah masyarakat saat bersilaturahmi.
Tak hanya karena rasanya yang enak sehingga membuat buras digemari, tetapi juga karena buras dianggap sebagai makanan pokok bagi masyarakat suku bugis, pengganti nasi putih.
Salah satu wilayah di mana buras banyak ditemui adalah di Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Di sana, para ibu rumah tangga kerap membuat buras dengan jumlah yang cukup banyak sehari sebelum hari lebaran tiba.
"Satu hari sebelum lebaran, biasa empat liter saya bikin buras. Itu kalau empat liter bisa jadi 40 ikat buras. Jadi sudah tidak perlu masak nasi lagi," kata Hasmiati, salah satu ibu rumah tangga di Kecamatan Lapparija, Kabupaten Bone, kepada Suara.com, melalui sambungan telepon, Jumat (31/7/2020).
Berbeda dengan ketupat yang rasanya agak tawar, buras memiliki rasa yang gurih. Hal ini dikarenakan penggunaan santan yang cukup royal saat proses pembuatannya.
"Kalau berasnya empat liter, santannya juga empat liter," katanya.
Cara pembuatan buras, kata Hasmiati, juga tidak terlalu rumit. Bahan dasar yang digunakan untuk membuat hidangan khas Bugis ini adalah beras ketan dan santan kental.
Baca Juga: Resep Mi Kuah Sapi Pedas ala Taiwan, Cocok Dijadikan Hidangan Idul Adha
Awalnya, beras ketan dimasak bersama santan di dalam wadah penggorengan dan diaduk hingga merata sampai beras setengah matang.
"Tandanya kalau sudah setengah matang bukan dari aromanya, tapi ketika santannya sudah mengering," jelas Hasmiati.

Setelah setengah matang, kata dia, beras kemudian diangkat lalu dibungkus menggunakan daun pisang dengan bentuk persegi panjang. Agar tidak terburai saat direbus, beras yang sudah dibungkus daun pisang itu pun disusun menjadi tiga lapis secara rapi. Lalu kemudian diikat melilit dengan tali kecil.
Biasanya, tali yang digunakan adalah tali rapia yang sudah dipisah-pisah menjadi kecil. Ada juga yang menggunakan pengikat dari bahan karung yang sudah diurai terpisah.
"Setelah diikat, proses selanjutnya direbus di dalam panci besar yang sudah diisi air bersih," kata dia.
"Direbus selama kurang lebih tiga jam, hingga akhirnya buras pun siap disantap," Hasmiati menambahkan.
Buras mampu bertahan selama dua hari ke depan. Tapi biasanya, belum sampai dua hari, buras biasanya sudah keburu habis karena memang banyak yang suka, kata Hasmiati.
Sama halnya seperti ketupat, buras juga cocok disantap dengan berbagai jenis lauk, mulai dari rendang, opor ayam, ayam goreng, konro, coto, bahkan mi instan.
Kontributor : Muhammad Aidil