Suara.com - Beberapa tahun belakangan istilah revolusi industri 4.0 kerap dielu-elukan sebagai salah satu tanda kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Belakangan, juga beredar konsep society 5.0.
Sebelum membahas tentang sejarah industri 4.0, ada pula yang dikenal revolusi industri 1.0, revolusi industri 2.0, dan revolusi industri 0.3.
Bahkan seiring berkembangnya revolusi industri 4.0, Jepang merekomendasikan konsep society 5.0 yang harus dimiliki masyarakat dunia.
Mengutip Ruang Guru, Kamis (9/9/2021) revolusi industri adalah peningkatan produksi, karena adanya mesin baru yang menggunakan sumber energi baru.
Revolusi industri 1.0
Pada mulanya, revolusi industri 1.0 terjadi di abad ke-18. Di masa ini, semua tenaga sumbernya adalah otot, air, dan angin. Sehingga pada masa ini, membuat produk yang banyak, berarti membutuhkan sumber manusia yang banyak dan kuat.
Hingga sampai akhirnya James Watt menemukan mesin uap, dan dianggap sebagai cikal bakal berkembangnya alat dan mesin industri.
Hasilnya pekerjaan bisa diganti dengan mesin, dan membuat produktivitas meningkat pesat, ekonomi melonjak. Masyarakat bisa memproduksi tanpa butuh lahan yang luas.
Revolusi industri 2.0
Masa ini dimulai pada akhir 1800-an saat industri mobil diproduksi dalam jumlah yang besar-besaran.
Namun yang jadi masalah, proses pembuatan mobil, dari awal, sampai jadi utuh, harus dilakukan di satu tempat. Mulai dari pembuatan body, pemasangan mesin, interior, dan segala macam, harus dilakukan di tempat yang sama.
Baca Juga: Belajar Pakai Google Classroom Lebih Efektif Ketimbang Grup WhatsApp
Ditambah, metode yang digunakan cenderung konvesional. Semua perakitan dikerjakan secara paralel. Artinya, setiap pekerja harus jadi generalis.
Setiap pekerja harus mampu memasang mesin, merakit chasis, spion dan kaca hingga berhasil membuat satu mobil yang utuh.
Imbasnya, sumber daya manusia yang dibutuhkan sangat banyak, proses pembuatannya pun lama. Pemilik pabrik kesulitan karena harus memberikan pelatihan tentang banyak hal ke setiap pekerja.
Pada masa revolusi industri 2.0 ini ditemukan yang namanya assembly line, yang mengubah proses produksi dari yang satu paralel menjadi seri,
Sistemnya menggunakan conveyor belt. Bentuknya serupa seperti meja lapisan berjalan kasir swalayan.
Hasilnya, metode ini membuat pekerja jadi spesialis, tidak perlu menguasai semu abidang, tapi hanya cukup melakukan satu proses pengerjaan yang berulang.
Konsep ini terbilang efektif, membuat Ford yang pada tahun 1912 hanya mampu memproduksi sebanyak 68 ribu mobil, pada 1925 bisa sampai 2 juta.
Revolusi industri 3.0
Masa ini adalah tahap di mana semua sudah berubah jadi serba digital, penemuan komputer menjadi cikal bakal awal revolusi industri 3.0.
Pada masa ini negara besar seperti Amerika, mulai menggeser ekonominya dari yang semula di industri, menjadi ekonomi informasi.
Revolusi industri 4.0
Revolusi industri 4.0 ini menekankan pada digitalisasi. Sehingga semua hal yang berkaitan dengan produksi bisa lebih efektif. Segala hal dilakukan pada masa ini masuk dalam revolusi industri 4.0.
Contohnya, alih-alih menggunakan flashdisk atau harddisk untuk menyimpan data, kini banyak orang lebih pilih memanfaatkan google drive dan sejenisnya untuk menyimpan data digital.
Teknologi ini juga memanfaatkan big data seperti Gojek, Tokopedia dan berbagai aplikasi untuk berbelanja dan beraktivitas sehari-hari.
Bahkan teknologi sekarang, membuat Tesla mampu mengembangkan mobil tanpa awak dan bisa mengantar penumpangnya dengan otomatis. Termasuk juga penemuan printer 3 dimensi yang mampu membuat berbagai macam barang, sangat mengubah dunia industri.
Gagasan konsep society 5.0
Pertama kali dilontarkan Jepang, berangkat dari kehidupan manusia sudah diselimuti dengan teknologi.
Gagasan tersebut disampaikan, agar perkembangan teknologi harus memikirkan dari sisi manusia. Karena jika sisi kemanusiaan tidak dikedepankan akan berbahaya.
Maka dibentuklah Society 5.0, konsep dimana harus memanusiakan manusia dengan teknologi.
“Society 5.0 itu bukan cuma model. Tetapi data yang menghubungkan semuanya. Ia membantu gap antara yang kaya dan yang kurang. Dari kedokteran sampai pendidikan," ujar Shinzo Abe di World Economic Forum.
Salah satu contoh konsep society 5.0 adalah memanfaatkan teknologi di bidang kesehatan. Membuat orang tidak sulit mendapat akses bantuan kesehatan, entah karena finansial atau terlalu jauh dari rumah sakit.
Misalnya, teknologi membantu operasi bisa dilakukan jarak jauh demi pemerataan kesehatan setiap orang.
Sehingga kesimpulannya society 5.0, adalah tentang bagaimana mengarahkan dan menggunakan teknologi itu sendiri. Alhasil, manusia tetap bisa hidup berdampingan dengan teknologi.
Singkat kata, jika revolusi industri 4.0 ini membuat manusia jadi lebih modern karena memiliki akses terhadap teknologi. Maka society 5.0 adalah masa di mana teknologi-teknologi ini menjadi bagian dari manusia.