Menyulap Limbah Batok Kelapa, UMKM ini Raih Sukses Berkat Pemasaran Digital

Vania Rossa Suara.Com
Kamis, 30 September 2021 | 13:15 WIB
Menyulap Limbah Batok Kelapa, UMKM ini Raih Sukses Berkat Pemasaran Digital
UMKM menyulap limbah batok kelapa. (Dok. Google)

Suara.com - Tak selamanya limbah berarti sampah. Bagi Faturrahman, lelaki asal Lingsar, Lombok Barat, limbah batok kelapa yang jumlahnya melimpah di daerah asalnya itu, justru mengantarkannya pada kesuksesan.

Faturrahman memulai usaha seni dan kerajinan dari batok kelapa sejak tahun 2000. Semua berawal dari rasa penasaran ketika melihat neneknya menggunakan batok kelapa sebagai pengganti gayung di kamar mandi. Lelaki ini juga melihat batok kelapa digunakan sebagai peralatan makan.

Karena penasaran, Faturrahman dan istrinya, Ernawiati, mencari tahu darimana asal batok kelapa yang ia gunakan. Ia menemukan bahwa batok kelapa tersebut merupakan hasil limbah di daerahnya dengan jumlah yang sangat melimpah.

Faturrahman, pelaku UMKM kerajinan dari limbah batok kelapa. (Dok. Google)
Faturrahman, pelaku UMKM kerajinan dari limbah batok kelapa. (Dok. Google)

Ia pun memiliki gagasan untuk mengubah batok kelapa menjadi barang bernilai guna dan estetik sehingga memiliki harga jual yang tinggi, seperti kerajinan tangan dan pernak-pernik suvenir lainnya.

Ia mulai memproduksi sendok, garpu, sumpit, gelas, tempat tisu, centong sayur, mangkok, dan lain-lain dengan menggunakan batok kelapa sebagai bahan baku utama.

Awalnya ia memasarkan produk secara door-to-door dengan mendatangi perhotelan dan perkantoran untuk mempromosikan produknya.

Ia juga membuat brosur agar lebih banyak orang yang mengenal dan mengetahui produk buatannya. Usaha yang ia beri nama Galih Kelapa pun terus bertumbuh.

Faturrahman mulai mengajak para ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membantu proses produksi.

“80% dari tenaga kerja kami adalah ibu rumah tangga, mereka adalah tetangga-tetangga di lingkungan rumah saya. Saya ingin bermanfaat bagi lingkungan sekitar, dan juga membantu mereka agar memiliki ekonomi yang lebih baik,” ungkap Faturrahman, mengutip siaran pers yang diterima Suara.com.

Baca Juga: 1,5 Juta Produk UMKM Diekspor hingga Brazil

Hingga di tahun 2009, melalui pihak kedua dan ketiga, Galih Kelapa berhasil diekspor ke beberapa negara, termasuk Polandia, Kanada, Venezuela, Prancis, dan beberapa negara tetangga. Faturrahman berhasil meraih omzet hingga 20 juta per bulan berkat Galih Kelapa.

Ketika pandemi Covid-19 datang, penurunan omset sangat dirasakan olehnya. Omsetnya menurun hingga 70% karena pesanan sangat sedikit. Bahkan, ia pernah mengalami masa di mana sama sekali tidak mendapat pemasukan.

Dengan berat hati, ia aharus mengurangi tenaga kerja hingga hanya 3-5 orang saja.

Meski begitu, usaha harus terus berlanjut. Faturrahman dan istrinya mencari cara agar produknya lebih dikenal oleh banyak pelanggan baru.

Faturrahman kemudian mengikuti pelatihan dari Google yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yaitu program Gapura Digital untuk Wonderful Indonesia.

Pelatihan ini bertujuan agar pelaku UMKM di sektor pariwisata dapat memanfaatkan peluang bisnis secara digital, baik selama masa pandemi Covid-19 maupun seterusnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI