8 Pahlawan Nasional Asal Maluku Selain Pattimura, Ada yang Gugur Saat Peristiwa G30S

Rabu, 06 Juli 2022 | 10:54 WIB
8 Pahlawan Nasional Asal Maluku Selain Pattimura, Ada yang Gugur Saat Peristiwa G30S
Martha Christina Tiahahu. (Dok: Wikipedia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sultan Babullah wafat pada Juli 1583. Kemudian digantikan oleh Sultan Said yang berkuasa sejak 1583-1606. 

7. Mr. Johanes Latuharhary

Johanes merupakan putra Maluku pertama yang berhasil mendapatkan gelar master di Universitas Leiden, Belanda. Sekembalinya ke Indonesia, ia menjadi advokat yang berjuang untuk menolong rakyat kecil untuk melawan pemerintah Belanda yang sewenang-wenang. 

Ia juga aktif dalam Sarekat Ambon dan pergerakan nasional yang kemudian memimpin Sarekat Ambon. Setelah kemerdekaan, Mr. J. Latuharhary diangkat menjadi Gubernur Maluku pertama yang berkedudukan di Yogyakarta. 

Ia kembali ke Ambon setelah pemberontakan RMS ditumpas pada 1950. Johanes lahir pada 6 Juli 1900 di Desa Ullath, Pulau Saparua. Kemudian meninggal pada 8 November 1959 di Jakarta dan dianugerahi Bintang Jasa Mahaputra Pratama.

8. Kapitan Kakiali

Ia adalah seorang putra Tepil yang digelari Kapitan Hitu juga keturunan Perdana Jamilu (Nusapati), dan salah seorang dari para pemimpin Hitu di Jasirah Hitu, Ambon. 

Kakiali ikut bertempur dalam perang Hitu I melawan VOC pada 1634-1643. Pada tahun 1935, Kakiali ditangkap dengan tipu daya Belanda ketika berunding dan dibuang ke Batavia. Baru dipulangkan ke Hitu pada 1637 untuk menentramkan rakyat Hitu yang semakin bergolak. Bersamaan dengan itu juga datang Gubernur Jenderal van Diemen yang menjalankan politik adu domba dengan meminta bantuan Sultan Hamzah dari Ternate untuk melawan Hitu.

Ketika Kakiali sedang menyusun rencana untuk meminta bantuan Makassar, ia dikhianati oleh teman – temannya sendiri. Ia dibunuh oleh Fransisco de Toire, orang Spanyol yang disuruh oleh Belanda. Kakiali ditikam dengan keris saat ia sedang tidur dan meninggal seketika.Perjuangannya diteruskan oleh Kapiten Tulukabessy dan Imam Rijali pada Perang Hitu II, 1643 – 1646.

Baca Juga: Ambon Banjir, Belasan Rumah dan Musala di Negeri Kaitetu Terendam Luapan Sungai

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI