Hal itu pun pernah mendapat kritik tak langsung dari seorang influencer TikTok @bro.gamal. Kala itu ia membuat video tebak-tebakan partai. Ia menyebutkan ciri-ciri yang membuat warga mengarah ke Partai PAN.
"Nih kita main tebak-tebakan partai ya. Ini partai nggak tahu apa yang dijual gagasannya. Nggak tahu ideologinya apaan, pokoknya yang dijual kecantikan, ketampanan sama joget, buset dah," ungkap pemilik akun.
Hingga saat ini belum diketahui motif para kader ini yang kerap mengikuti tren. Mungkin saja mereka berusaha mengikuti tren karena target marketnya adalah anak-anak muda. Karena tren medsos lebih banyak digandrungi oleh para muda-mudi.
Namun, apa yang mereka lakukan tak seperti sedang menggaet muda-mudi untuk melek politik. Apa yang mereka lakukan seolah sedang meningkatkan penekanan pada citra dan gaya alih-alih visi dan kebijakan.
Fenomena Politaiment
Dari sisi politik, dengan hadirnya artis yang terjun ke dunia tentu ada sisi baiknya. Karena keterlibatan mereka pada politik menawarkan berbagai potensi berita menarik bagi media. Mengingat mereka biasanya sudah memiliki basis penggemar yang besar.
Namun, efek dari kehadiran mereka juga menjadi munculnya Fenomena Politainment alias politik dan hiburan. Menurut seorang Dosen UMN dan penulis Buku Komunikasi Politik di Era Digital, Silvanus Alvin, politaiment merujuk pada penekaan aspek hiuran dalam konteks politik, di mana penampilan, citra, dan narasi yang menarik lebih penting daripada substansi kebijakan atau visi politik.
Hal itu pun bisa dilihat dari konten-konten yang dibagikan Partai PAN. Mereka lebih berfokus pada pengemasan yang lebih menarik daripada kebijakan konkret atau pemecahan masalah yang nyata.
Baca Juga: Dukungan pada Gibran Terus Mengalir, Warga Gelar Istighosah dan Salawatan Bersama