Mirisnya di tengah maraknya stigma itu, Mak Echi tak jarang dihadapkan pada kendala materi saat salah satu rekannya meninggal dunia. Keadaan ini diperparah, bila rekannya meninggal tanpa seorangpun keluarga, saudara, atau anak sebagai penerus maupun ahli waris karena hidup sebagai transpuan.
Sedangkan agar bisa menguburkan jenazah rekan transpuannya dengan layak setidaknya ia harus memiliki dana minimal Rp 3 juta hingga Rp 5 juta.

"Dari RT di Jakarta Barat itu kisaran penguburan setidaknya butuh uang Rp 5 juta, kita minta turun jadi Rp 3 juta, tapi nyari ke mana coba?," ungkap Mak Echi dengan perasaan berat.
Inilah sebabnya di usia yang tidak muda lagi, Mak Echi hanya punya harapan dan impian sederhana yaitu mengubur teman-teman transpuannya dengan layak. Pada kondisi nyaris putus asa inilah, ia berpikir BPJS TK dengan program BPU-nya bisa jadi salah satu harapan.
"Impian aku melindungi transpuan akan terkabul, walau mereka nggak ada penerus akhirnya teman-teman bisa terlindung berkat BPJS itu. BPJS ini kita kira bisa buka peluang dari teman-teman transpuan, hanya satu-satunya yang diharapkan dari penguburan teman-teman," ungkap Mak Echi.
Dari harapan inilah Mak Echi gencar mengumpulkan KTP teman-teman transpuan untuk didaftarkan sebagai peserta BPJS TK program BPU. Tepat pada Oktober 2022, para transpuan ini didaftarkan sebagai anggota BPU, dengan iuran rerata Rp 16.800 per orang dibayarkan setiap bulannya oleh Suara Kita, dengan dana yang didapatkan melalui sumbangan publik.
Bahkan untuk beberapa transpuan yang kesulitan membayar, organisasi Suara Kita sukarela memberikan bantuan biaya iuran agar para transpuan mendapat manfaat santunan kematian, biaya pemakaman hingga santunan berkala Rp 12 juta.
Sulitnya klaim jaminan kematian untuk transpuan
Hampir 2 tahun sudah organisasi Suara Kita membantu membiayai iuran, tidak kurang dari 163 peserta setiap bulannya. Tapi sayangnya, organisasi Suara Kita dihadapkan pada sulitnya pencairan klaim jaminan kematian transpuan yang menjadi peserta BPU BPJS Ketenagakerjaan.
Baca Juga: Asha Smara Darra Ungkap Banyak Pria Straight Tertarik Dengan Transpuan, Kenapa Begitu?
Salah satu kendalanya, karena mayoritas transpuan adalah pribadi yang sebatang kara, meninggal tidak memiliki keturunan atau ahli waris karena tidak menikah atau putus kontak dengan keluarga besarnya yang sulit dicari. Sedangkan jenazah para transpuan harus segera diurus dan dikebumikan saat dihadapkan pada kematian.