Mengenal 10 Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah Unik dan Penuh Makna Filosofi

Rifan Aditya Suara.Com
Jum'at, 19 April 2024 | 10:37 WIB
Mengenal 10 Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah Unik dan Penuh Makna Filosofi
Tradisi Grebeg Syawal (Instagram.com/@wildayanti.icha) - Mengenal 10 Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah Unik dan Penuh Makna Filosofi

Suara.com - Usai merayakan hari kemenangan atau Idul Fitri, maka tibalah bulan Syawal. Dalam menyambut bulan Sayawal atau syawalan, terdapat berbagai macam tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia. Tradisi Syawalan di berbagai daerah sendiri memiliki keunikannya masing-masing. 

Seperti yang diaebutkan sebelumnya, tradisi Syawalan dilakukan secara khusus pada bulan syawal oleh masyarakat di sejumlah daerah. Adapun tradisi yang disebut juga sebagai Lebaran Ketupat ini menjadi salah satu bentuk rasa syukur untuk mengakhiri bulan Ramadhan ataupun puasa syawal. Umumnya, sjumlah daerah mengelar Syawalan dengan berbagai tradisi yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas. 

Lantas apa saja tradisi Syawalan di berbagai daerah? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini. 

Tradisi Syawalan di Berbagai Daerah 

Berikut adalah tradisi Syawalan di berbagai daerah di Indonesia: 

1. Hias Perahu di Pasuruan 

Masyarakat di Pasuruan, Jawa Timur, biasanya menyambut bulan Syawal dengan meriah. Tradisi unik yang terus dilestarikan oleh masyarakat setempat, yaitu berparahu di sepanjang pesisir Lekok, Pasuruan. 

Perahu nelayan akan berpenampilan berbeda dalm tradisi Syawalan, yakni penuh hiasanya disertai rumbai-rumbai dan bendera berwarna-warni. Perayaan lainnya yaitu tarik tambang, tari nelayan dan sikot atau ski yang dilakukan di atas lumpur. 

2. Grebeg Syawal di Jogja dan Solo 

Baca Juga: Asik Foto Syawalan, Syahrini Pede Pamer Tas Hermes Miliaran: Shining Banget!

Berdasarkan informasi dalam situs Warisan Budaya Kemdikbud, Grebeg Syawal menjadi suatu hajatan berupa syukuran yang menandakan berakhirnya bulan suci Ramadan.

Grebeg Syawalan sendiri dilakukan pada bulan Syawal, tepatnya bulan ke-10 dalam penanggalan Hijriyah serta penanggalan Jawa. 

Istilah 'grebeg' sendiri berasal dari bahasa Jawa 'gembrebeg' atau 'gumerebeg' yang memiliki arti sergap atau kegaduhan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan. Hal ini dilakukan melalui simbol-simbol yang diwujudkan dari aneka hasil bumi serta makanan yang menghiasi gunungan. 

3. Ketupat Taoge di Semarang 

Ketupat Taoge merupakan makanan khas yang disajikan serta disantap dalam rangka menyambut dan merayakan Syawalan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Ketupat Taoge sendiri juga biasa disebut dengan Ketupat Jembut atau Kupat Jembut. 

Adapun Kupat Jembut merupakan ketupat biasa yang bernahan dasar beras, lalu diisi dengan tauge dan sambal kelapa.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI