Kolaborasi Ciptakan Karya Inovatif Kelas Dunia Membantu Penyandang Disabilitas Menuju Indonesia Inklusi

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 05 Juni 2024 | 18:44 WIB
Kolaborasi Ciptakan Karya Inovatif Kelas Dunia Membantu Penyandang Disabilitas Menuju Indonesia Inklusi
Program Equibility yang diresmikan di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta Barat, Jumat (31/5/2024) ini mengambil fokus pada Equibility for Company yang menampilkan Workshop Terobosan 3D Scan & 3D Print Prostesis dan Talk Show Inovasi dalam Transformasi Positif Menuju Perusahaan Inklusi, serta Bazar Unity (Gabungan) antara UMKM Disabilitas dan UMKM Non-Disabilitas. (Foto: Istimewa)

Dalam Equibility Workshop menghadirkan inovator nasional dan internasional seperti, Joren Valleys dari Ugani Prosthetics, Belgium (Secara Online); Ketua Umum Asosiasi Printridi (Asosiasi Penerap Printer Tri Dimensi Indonesia), Eric Rudolf Thedjasurya, M.B.A., B.Eng.; Joko Suliyarto. A.md OP, Pemilik Bhinneka Prostetik; Faizal Rezky Dhafin S.Ds, Direktur PT Rekayasa Teknologi Medis Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Printridi (Asosiasi Penerap Printer Tri Dimensi Indonesia) Eric Rudolf Thedjasurya, M.B.A., B.Eng. yakin melalui kolaborasi lintas bidang dapat menggabungkan keahlian dan ide-ide segar untuk menghasilkan solusi inovatif yang berdampak nyata bagi kehidupan orang lain.

“Teman berkebutuhan khusus dengan inovasi yang tepat dapat mewujudkan inklusi. Teknologi 3D Scan dan 3D Print akan mempercepat inovasi teknologi dan keterlibatan profesional lintas bidang menjadi kunci utama keberhasilan. Keahlian dan pengetahuan yang tepat memastikan bahwa produk yang dihasilkan aman, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna,” terangnya.

Program Equibility yang diresmikan di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta Barat, Jumat (31/5/2024) ini mengambil fokus pada Equibility for Company yang menampilkan Workshop Terobosan 3D Scan & 3D Print Prostesis dan Talk Show Inovasi dalam Transformasi Positif Menuju Perusahaan Inklusi, serta  Bazar Unity (Gabungan) antara UMKM Disabilitas dan UMKM Non-Disabilitas.(Foto: Istimewa)
Program Equibility yang diresmikan di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta Barat, Jumat (31/5/2024) ini mengambil fokus pada Equibility for Company yang menampilkan Workshop Terobosan 3D Scan & 3D Print Prostesis dan Talk Show Inovasi dalam Transformasi Positif Menuju Perusahaan Inklusi, serta Bazar Unity (Gabungan) antara UMKM Disabilitas dan UMKM Non-Disabilitas.(Foto: Istimewa)

Dalam Workshop ini, Joko Suliyarto A.md OP menyampaikan tujuan utama dari pembuatan kaki palsu adalah mobilitas agar pasien dapat hidup mandiri dan produktif kembali tanpa terhalang keterbatasan fisiknya.

“Namun yang paling awal dilakukan adalah bagaimana penerimaan diri atas kondisi fisiknya, baru kemudian percaya diri menghadapi masa depan,” ujarnya.

Ia juga mengakui bahwa Teknologi 3D Scan dan 3D Print memiliki potensi yang sangat besar dalam membantu proses pembuatan kaki Prostesis yang profesional.

“Dengan terobosan 3D Scanner yang portabel dan 3D Printer, hal itu dapat mempercepat proses pengukuran hingga produksi test socket pada kaki palsu dengan hasil yang presisi dan profesional, dan masih banyak potensi untuk pembuatan aksesoris prostesis,” ujar Joko Suliyarto.

Sedikit yang mengetahui profesi Ortosis Prostesis Professional, selain itu di masyarakat ada tukang atau bengkel pembuatan kaki palsu di sekitar kita.

Banyak teman-teman tuna daksa yang menerima bantuan CSR berupa kaki palsu, tapi apakah kaki palsu tersebut dibuat oleh Professional Ortosis Prostesis dan benar-benar bermanfaat untuk bisa kembali produktif.

Baca Juga: Intip Fasilitas Bus Salawat untuk Jamaah Haji Lansia dan Disabilitas Asal Indonesia

Faizal Resky Dhafin yang memilik keahlian dalam pembuatan tangan palsu, menjelaskan bahwa selama ini yang banyak diproduksi adalah tangan palsu hanya untuk penampilan atau estetika, namun dengan kemajuan teknologi juga bisa dibuat tangan palsu untuk fungsional.

“Setidaknya tangan palsu bisa digunakan untuk memegang dalam meningkatkan produktifitas dalam bekerja sehari-hari. Namun untuk pergerakan lebih lanjut diperlukan inovasi dalam teknologi karena untuk sistem gerak, misalnya pergelangan atau jari-jari masih bersifat mekanikal, jika pun ada yang menggunakan sistem electrical masih tidak tahan air dan sensornya tidak tahan lama,“ katanya.

Inovasi teknologi yang aksesibel adalah kunci untuk membuka potensi dan mendorong kesetaraan bagi kita dan teman difabel menuju Indonesia inklusi.

Dalam realitasnya, kita masih menghadapi kompetisi dan keterbatasan akses terhadap inovasi membantu disabilitas. Terdapat juga pandangan tertutup dalam mempekerjakan disabilitas, ketidaktahuan masyarakat cara dapat hidup selaras Bersama disabilitas, serta pembedaan aktivitas disabilitas dan non-disabilitas.

Untuk itulah Program Equibility hadir untuk menjadi solusi inovasi teknologi yang aksesible di Indonesia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI