Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR RI, Senayan, Jakarta, Budi Arie memberikan tanggapannya mengenai kasus seorang Polwan yang membakar suaminya yang juga berprofesi sebagai polisi.
Kasus itu ternyata dipicu judi online. Sang istri geram karena suaminya kerap menghabiskan gajinya untuk bermain judi online.
Alih-alih mengucapkan pernyataan yang simpatik, Budi Arie malah memberikan pernyataan yang terkesan nyeleneh. Ia mengatakan, dalam kasus tersebut terbukti kalau perempuan bisa lebih kejam dari laki-laki.
“Ternyata perempuan itu lebih kejam dari lelaki yah,” ujarnya di hadapan anggota Komisi I DPR RI.
Pernyataan itu lantas mendapatkan beragam tanggapan menohok dari publik, termasuk di media sosial. Tak sedikit warganet yang menilai mantan Ketum Projo tersebut tidak memiliki kepekaan gender.
Ucap 'Alhamdulillah' saat PDN diretas
Usai Pusat Data Nasional (PDN) diretas, Menkominfo Budi Ari Setiadi masih bisa bersyukur dan mengucap ‘alhamdulillah’.
Ucapan syukur itu disampaikan dalam rapat antara Komisi I DPR, Kominfo dan BSSN di Gedung DPR RI, Kamis (27/6/2024) lalu. Budi bersyukur karena pelaku peretasan PDN bukan sebuah negara, melainkan individu dengan motif ekonomi.
Menurut dia, jika pelaku serangan pada PDN itu adalah negara, maka permasalahan yang dihadapi Indonesia sangat berat.
Baca Juga: Menkominfo dan Kepala BSSN Sambangi Istana, Ngadu soal Peretasan PDN ke Jokowi?
Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKS, Sukamta, lantas menyentil ucapan syukur Menkominfo itu. Alih-alih mengucap ‘alhamdulillah’, Sukamta menyebut, seharusnya Budi Arie mengucap ‘Innalillahi’.
Didesak mundur dari jabatannya
Peretasan terhadap Pusat Data Nasional (PDN) berbuntut pada munculnya sejumlah desakan agar Budi Arie mundur dari jabatannya sebagai Menkominfo.
Desakan itu sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial dan sampai ke telinga Budi Arie. Ia lantas memberikan tanggapan.
"Ah no comment kalau itu, itu haknya masyarakat untuk bersuara," kata Budi Arie usai rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/6).
Kontributor : Damayanti Kahyangan