Wisma Yaso adalah rumah yang dibangun istri Sukarno, Ratna Sari Dewi, untuk Sukarno. Belakangan oleh Suharto Wisma Yaso diubah menjadi Museum Satria Mandala.
Di Wisma Yaso, hidup Sukarno bertambah sulit. Ia tidak boleh meninggalkan Wisma Yaso dan tidak diperkenankan menerima tamu.
Tidak lagi menerima gaji dan fasilitas apapun dari negara, Bung Karno harus membiayai hidupnya sendiri dalam status tahanan.
Kisah Misterius Upaya Pembebasan Sukarno
Dalam buku "Intai Amfibi Marinir: Senyap Menjaga Indonesia" dituliskan sebuah kisah misterius mengenai upaya pembebasan Sukarno dari Wisma Yaso oleh Pasukan Komando Intai Para Amfibi (KIPAM) KKO yang kini bernama Batalyon Intai Amfibi (Yon Taifib) Marinir TNI AL.
Menurut buku itu, konon sejumlah prajurit KIPAM KKO diperintahkan untuk masuk ke dalam Wisma Yaso, tempat Sukarno ditahan.
Misinya adalah meminta komando dari Panglima Tertinggi, Sukarno, untuk menyelamatkannya. Adalah Panglima KKO AL Letjen Hartono yang mengirimkan pasukan tangguh bak siluman ini ke Wisma Yaso.
Pasukan KIPAM berhasil masuk ke Wisma Yaso yang dijaga ketat oleh Polisi Militer TNI AD. Saat itu kondisi Sukarno sudah terbujur lemah dan tak berdaya.
Konon katanya pasukan KIPAM KKO melumpuhkan penjaga-penjaga yang menjaga ketat Wisma Yaso. Perwira pertama KIPAM lalu membangunkan Sang Proklamator.
Dia menyampaikan perintah Panglima KKO AL untuk membawa kabur dan menyelamatkan Bung Karno.
Namun, Sukarno menolak.
Bung Karno sudah rela membiarkan dirinya menjadi tumbal politik daripada melihat bangsa Indonesia didera perang saudara.
"Misi penyelamatan ini tidak pernah terkonfirmasi dan lenyap bagai angin. Hanya menjadi cerita yang tetap diyakini meskipun tidak satu pun bisa bersaksi, termasuk para KIPAM yang datang dan pergi begitu saja dari Wisma Yaso," tulis buku tersebut.