Suara.com - Keunikan batik jumputan yang diproduksi Dea Modis telah belasan tahun membuat banyak orang jatuh hati. Menariknya, selama itu pula sang pemilik tak ragu menciptakan saingan bisnisnya sendiri.
"Gusti Allah Mahakaya," tutur Tuliswati, pemilik Dea Modis, saat ditemui Suara.com di showroom Dea Modis yang berlokasi di Kampung Tahunan, Umbulharjo, Yogyakarta, pada Sabtu (14/9/2024).
Layaknya filosofi belajar sepanjang hayat, bagi Tulis, seumur hidup dia berharap senantiasa diberi kekuatan untuk berbagi ilmu bermanfaat. Itulah mengapa dirinya dengan senang hati mengajari siapa pun yang tertarik belajar batik jumputan, bahkan ada yang tanpa bayaran alias gratis.

Dea Modis sendiri juga bermula dari upaya Tulis merangkul ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya pada 2010. Lewat kegiatan Dharma Wanita, pelatihan batik jumputan berlanjut menjadi kelompok usaha beranggotakan 26 orang.
Tulis masih ingat benar betapa bangga dan senang dirinya saat batik jumputan bikinan ibu-ibu Kampung Tahunan mendapat apresiasi dari Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, istri Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwana X.
"Kok, ada jumputan? Ini sudah mau punah," kata Tulis, meniru apa yang diucapkan sang ratu kala itu.
Belasan tahun lalu, batik jumputan memang tidak begitu dilirik sehingga jarang dibuat. Hal itu juga yang rupanya memotivasi Tulis untuk melestarikan keindahan wastra nusantara ini.
"Dulu yang dibikin paling motif bunder-bunder untuk mbok-mbok gendong di pasar atau taplak tapi yang murah. Jadi saya kembangkan, saya desain lebih bagus, motifnya lebih bagus, tidak sama dengan yang lain," ujar lulusan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) ini.
Namun, lambat laun anggota yang tersisa hanya 10 orang. Akhirnya, dua tahun setelah kelompok tersebut berjalan dengan segala dinamikanya, Tulis memutuskan untuk mendirikan usaha mandiri Dea Modis.
Baca Juga: Kisah UMKM Inspiratif, Batik Akasia Mekar Lebih Indah Bersama YDBA
Sejak itu, Dea Modis terus berkembang dan berinovasi dengan menggali keunikan dari setiap produk yang diproduksi. Tulis pun sangat gigih perihal pemasaran, termasuk menggunakan setiap peluang yang ada untuk promosi.

Dea Modis rajin berpartisipasi dalam berbagai pameran yang memang merangkul pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Biarpun sibuk dan melelahkan, Tulis senang karena bisa bertemu dan mendapatkan banyak pelanggan dari berbagai daerah di Indonesia. Produknya bahkan telah mencuri hati banyak pembeli asal luar negeri, termasuk Jepang, Kanada, dan Prancis.
Promosi juga dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. "Kebanyakan yang datang ke sini, awalnya tahu dari Instagram," ujar Tulis.
Selain kain batik jumputan dan kreasi busananya, Dea Modis juga menghadirkan berbagai produk lain dengan memanfaatkan perca kain, seperti sandal, dompet, tas, topi, scrunchie, hingga obi. Harganya mulai dari Rp250 ribu untuk produk kain dan aneka baju, sementara kreasi berbagai aksesori dijual mulai dari Rp35 ribu hingga sekitar Rp150 ribu.
Setelah belasan tahun membesarkan Dea Modis, Tulis kini dibantu anak bungsunya. Dengan begitu, dia jadi punya lebih waktu untuk berbagi ilmu kepada banyak orang dari berbagai kalangan. Selain membuka kelas mandiri, Tulis juga langganan menjadi instruktur untuk berbagai pelatihan yang digelar pemerintah.
"Saya juga sambil promosi dengan selalu pakai jumputan, jadi ke mana-mana pakai karya sendiri," kata ibu dua anak ini.