Salah Kaprah Cawagub Jakarta Suruh Janda Kaya Nikahi Pemuda, Begini Kisah Teladan Siti Khadijah Sebenarnya

Farah Nabilla Suara.Com
Senin, 28 Oktober 2024 | 15:34 WIB
Salah Kaprah Cawagub Jakarta Suruh Janda Kaya Nikahi Pemuda, Begini Kisah Teladan Siti Khadijah Sebenarnya
Pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri) dan Suswono (kanan) dalam debat kedua Pilkada 2024 di Beach City International Stadium, Jakarta, Minggu (27/10/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Suara.com - Baru-baru ini dunia politik sedang diramaikan dengan pernyataan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Suswono yang mengajak para janda kaya menikahi pemuda pengangguran.

Pernyataan tersebut ia lontarkan ketika kampanye di Gedung Nyi Ageng, Jakarta Selatan membahas program kartu anak yatim, Sabtu (26/10/2024).

"Saya pastikan kalau janda miskin pasti ada. Tapi masa janda kaya minta kartu juga? Saya sarankan janda kaya tolong nikahi pemuda yang nganggur," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Suswono mencontohkan kisah Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW, yang mana status Siti Khadijah saat itu adalah seorang janda kaya.

"Setuju ya? Coba ingat Khadijah enggak? Tau Khadijah kan? Dia kan konglomerat. Nikahi siapa? Ya Nabi waktu itu belum jadi Nabi. Masih 25 tahun pemuda kan? Nah itu contoh kaya begitu," imbuh Suswono.

Alhasil, ucapan tersebut menjadi viral dan ramai dibahas oleh warganet di media sosial karena dianggap nyeleneh.

Pasalnya, warganet menilai jika sosok Rasulullah tidak bisa disamakan dengan pemuda akhir zaman seperti saat ini.

Karena itu pula, tak sedikit orang yang kini penasaran dan mencari tahu seperti apa sosok Siti Khadijah sebenarnya. 

Kisah Siti Khadijah

Baca Juga: Suswono: Sistem Zonasi PPDB Sangat Tepat Diterapkan di Jakarta

Menukil dari laman Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kampar, dikisahkan jika Siti Khadijah merupakan seorang putri terhormat yang berasal dari kalangan konglomerat.

Siti Khadijah tumbuh sebagai sosok yang cerdas, berbudi luhur, dan bergelimang harta sehingga banyak pemuda saat itu yang mengaguminya.

Pada tahun 575 Masehi, ibu Siti Khadijah meninggal dan sepuluh tahun kemudian disusul ayahnya yang bernama Khuwailid.

Sepeninggalnya kedua orang tua, Siti Khadijah kemudian mewarisi kekayaan orang tua dan menyadari bahwa warisan itu merupakan ancaman baginya.

Sebab, ia sadar jika kekayaan mampu membuat seseorang lalai sehingga ia mencoba meredam godaan harta tersebut.

Pada awalnya, Siti Khadijah menikah dengan seorang lelaki kaya bernama Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang dikaruniai dua orang anak bernama Halah dan Hindun.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI