Isolasi Sosial
Agus diduga berupaya menjauhkan korban dari orang-orang yang dapat memberikan dukungan emosional. Dengan mengontrol lingkungan sosial korban, pelaku memastikan bahwa korban bergantung sepenuhnya pada dirinya.
Playing Victim
Pelaku kerap membalikkan situasi dengan memainkan peran sebagai korban. Hal ini membuat korban merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf, meskipun mereka tidak melakukan kesalahan.
Dampak Psikologis pada Korban
Manipulasi emosi seperti yang dilakukan Agus memiliki efek jangka panjang yang serius pada korban, terutama anak-anak. Dampaknya meliputi:
- Harga Diri yang Rendah: Korban merasa tidak berharga akibat terus-menerus direndahkan.
- Trauma Jangka Panjang: Ketakutan, kecemasan, dan depresi dapat menjadi bagian dari hidup korban.
- Ketergantungan Emosional: Korban mungkin sulit keluar dari hubungan tidak sehat karena sudah kehilangan rasa percaya diri.
Menurut studi tahun 2013, pelecehan emosional sama merusaknya dengan pelecehan fisik. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami tanda-tanda manipulasi emosi agar dapat membantu korban dan mencegah kejadian serupa.
Proses Hukum dan Perlindungan Korban
Polda NTB telah berkomitmen untuk menangani kasus ini secara transparan. Pemeriksaan menyeluruh, termasuk rekonstruksi peristiwa, terus dilakukan untuk memastikan keadilan bagi para korban. Jumlah laporan baru dari korban yang berani melapor terus meningkat, menunjukkan pentingnya lingkungan yang mendukung untuk para penyintas.
Meski Agus adalah penyandang disabilitas, status tersebut tidak menjadi alasan untuk menghindari tanggung jawab hukum. Penegakan hukum tetap berjalan dengan memperhatikan hak-hak pelaku, tetapi prioritas utama tetap pada keadilan bagi korban.