Kedua, "luberan" yang melambangkan berbagi rezeki, di mana umat muslim dianjurkan untuk berderma dan membantu sesama.
Ketiga, "leburan" yang menggambarkan penghapusan dosa melalui saling memaafkan, sejalan dengan esensi Idulfitri sebagai momen kembali ke fitrah.
Keempat, "laburan" yang mencerminkan kebersihan lahir dan batin setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.
Dengan segala maknanya, ketupat bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol perayaan, kebersamaan, dan pembersihan diri.
Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun, menjadikan ketupat sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya lebaran di Indonesia.
Ketupat di Era Modern: Tetap Eksis dan Bikin Kangen Kampung Halaman
Meskipun zaman terus berubah, ketupat tetap menjadi hidangan wajib saat Lebaran. Aroma daun janur yang khas dan rasa nasi yang gurih selalu berhasil membuat kita bernostalgia dengan kampung halaman. Bahkan, di media sosial, ketupat sering muncul dalam bentuk emoji atau stiker WhatsApp, menunjukkan betapa ikoniknya hidangan ini.
Setiap tahun, ketupat menjadi saksi kebahagiaan, kehangatan keluarga, serta semangat saling memaafkan yang menjadi inti dari Idulfitri.
Hidangan ini mengajarkan nilai-nilai sosial dan spiritual yang terus dijaga dari generasi ke generasi, menjadikannya lebih dari sekadar kuliner, tetapi juga warisan budaya yang penuh makna.
Baca Juga: Hidangan Lebaran Selain Ketupat Sayur, Tanpa Santan Dan Anti Eneg
(Mauri Pertiwi)