Mengenal Gejala Kanker Kolorektal, Banyak Diidap Gen Z?

Rabu, 16 April 2025 | 14:38 WIB
Mengenal Gejala Kanker Kolorektal, Banyak Diidap Gen Z?
Ilustrasi kanker kolorektal. (Pexels/Anna Tarazevich)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kanker kolorektal merupakan penyakit yang menyerang usus besar (kolon) dan bagian akhir dari usus besar (rektum). Penyakit ini umumnya diderita individu berusia di atas 40 tahun.

Penyakit ini sering kali ditandai dengan perubahan pola BAB, nyeri BAB, mual muntah, berat badan turun, nafsu makan hilang, anemia, nyeri perut kanan atas, hingga kelelahan.

Dikutip dari data Globocan 2012, kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika.

Sementara itu, kasus kanker kolorektal di Indonesia terjadi pada 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker.

Kini, situasi yang cukup mengkhawatirkan muncul di Singapura. Terjadi peningkatan kasus kanker kolorektal pada kelompok usia yang lebih muda, termasuk generasi Z alias Gen Z.

Menurut Dawn Chong, seorang konsultan senior di divisi onkologi medis sebuah klinik di Singapura, keterlambatan diagnosis sering terjadi pada pasien muda yang menderita kanker kolorektal.

Ilustrasi gambar perbedaan wasir dan kanker usus besar. (freepik)
Ilustrasi gambar perbedaan wasir dan kanker usus besar. (freepik)

Dikutip dari The Straits Times pada Rabu (16/4/2025), salah satu contohnya adalah Tan. Ia merupakan seorang warga Singapura berusia 45 tahun yang didiagnosis dengan kanker kolorektal.

Awalnya, ia mengira mengalami gejala wasir karena tinjanya berdarah. Usai dua hingga tiga bulan, Tan baru berkonsultasi dengan dokter umum yang juga memberikan resep obat wasir.

Setelah beberapa kali mengunjungi dokter umum tanpa ada kemajuan, Tan akhirnya menemui dokter spesialis. Hasil kolonoskopi menunjukkan adanya tumor di rektumnya.

Baca Juga: Kisah Pilu Wanda Hamidah, Baru Tahu Ayahnya Idap Kanker Usus Besar Setelah Dirawat

Tan lantas harus menjalani operasi pengangkatan tumor. Kini, pria yang telah menikah dan memiliki seorang putra ini mengimbau masyarakat untuk tidak mengabaikan gejala-gejala yang muncul.

Konsultan di departemen bedah kolorektal Singapore General Hospital, Lionel Chen menyatakan lonjakan kasus pada usia muda mengindikasikan perlunya pemeriksaan dini.

"Jumlah kasus kanker kolorektal di Singapura pada orang dewasa muda memang tidak sebanyak kelompok usia di atas 50 tahun," terang Chen.

"Efektivitas biaya untuk menurunkan batas usia pemeriksaan kolorektal perlu dipertimbangkan karena berpotensi menambah beban biaya yang signifikan pada sistem kesehatan," sambungnya.

Para ahli kesehatan menyarankan penerapan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko penyakit ini, meliputi konsumsi buah-buahan, sayuran, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur.

Selain itu, asupan daging merah dan produk olahan perlu dibatasi. Lalu menghindari konsumsi alkohol berlebihan, tidak merokok, dan menjaga berat badan yang sehat.

"Jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan kanker kolorektal, pertimbangkan untuk mendiskusikan opsi pemeriksaan lebih awal dengan dokter," papar Chen.

"Pola makan dengan kandungan daging olahan dan daging merah yang tinggi, yang semakin umum di Asia akibat urbanisasi dan pengaruh budaya Barat, meningkatkan potensi risiko," tandasnya.

Kanker Kolorektal di Indonesia

Ilustrasi gambar gejala kanker usus besar. (freepik)
Ilustrasi gambar gejala kanker usus besar. (freepik)

Dikutip dari laman Kemkes RI, kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika.

Di Indonesia, kasus kanker kolorektal di Indonesia terjadi pada 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus kanker.

Beberapa faktor risiko dari penyakit ini meliputi faktor genetik berupa poliposis dan keluarga menderita kanker. Lalu riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat kanker kolon.

Faktor risiko lain adalah kebiasaan merokok, pola konsumsi rendah serat dan tinggi lemak protein, aktivitas fisik yang kurang dan agen kimia/radioaktif/infeksi.

Lebih lanjut, beberapa tanda dan gejala kanker kolorektal adalah sebagai berikut.

  1. Gejala lokal: perubahan pola BAB (bentuk, ukuran, frekuensi, berlendir, darah, sensasi BAB tidak tuntas), nyeri BAB, mual muntah, massa pada abdomen.
  2. Gejala umum: berat badan turun, nafsu makan hilang, anemia, kelelahan.
  3. Gejala metastasis: hepar (ikterik, nyeri perut kanan atas, pembesaran hati) dan organ sekitar kandung kemih, vagina, dan lain-lain.

Sementara itu, penanganan kanker kolorektal bisa dilakukan dengan  dua cara, yaitu terapi non pembedahan dan terapi bedah.

Terapi non pembedahan berupa kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi berguna mengurangi penyebaran dan perkembangan tumor, mengecilkan tumor, dan memperlambat pertumbuhan.

Radioterapi dapat dilakukan sebelum maupun sesudah operasi yang berguna untuk mengecilkan tumor dan mengurangi risiko kekambuhan.

Lalu, terapi bedah dapat dilakukan sebagai tindakan untuk mengangkat tumor maupun sebagai tindakan paliatif atau pembuatan saluran BAB pada dinding perut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI