“Janganlah kamu berangan-angan (iri hati) terhadap apa yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.”
Sementara itu, gatekeeping adalah perilaku membatasi akses orang lain terhadap informasi, peluang, atau komunitas tertentu.
Orang yang melakukan gatekeeping cenderung merasa berhak menentukan siapa saja yang dapat masuk ke dalam suatu lingkungan atau mendapatkan akses, baik itu di dunia kerja, hobi, maupun media sosial.
Fenomena ini sering terjadi di lingkungan yang eksklusif, dimana ada seseorang ataupun kelompok yang memegang kendali atas kesempatan, peluang, serta informasi.
Jika memiliki sentimen terhadap orang atau kelompok tertentu, maka kesempatan tersebut tidak akan diberikan sehingga pihak lain tidak akan mendapat kesempatan eksklusif tersebut.
Dalam konteks dunia kerja, gatekeeping bisa terlihat dari praktik rekrutmen yang lebih mengutamakan jalur orang dalam ketimbang kompetensi.
Alhasil, orang-orang yang memiliki kompetensi tidak mendapatkan kesempatan atau peluang untuk berkarier sesuai dengan potensinya karena dikalahkan oleh orang dalam.
Lebih berbahaya lagi ketika gatekeeping berkamuflase menjadi budaya profesional. Misalnya, ketika kritik atau saran dari seseorang diabaikan hanya karena statusnya yang junior atau tidak berasal dari institusi bergengsi.
Kontributor : Damayanti Kahyangan
Baca Juga: "Crab Mentality" Hantui Kesuksesan Film Jumbo, Apa Artinya?