Suara.com - Pemakaman Paus Fransiskus pada 26 April 2025 di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, menjadi sorotan dunia. Namun, perhatian publik tidak hanya tertuju pada prosesi penghormatan terakhir bagi pemimpin Gereja Katolik tersebut, melainkan juga pada aksi Presiden Amerika Serikat Donald Trump memakai jas biru.
Trump hadir dengan mengenakan setelan jas berwarna biru tua dan dasi senada, yang dianggap tidak sesuai dengan etika berpakaian dalam acara pemakaman kenegaraan.
Dalam tradisi Katolik, terutama dalam acara pemakaman, warna hitam dipilih sebagai simbol duka dan penghormatan. Sebagian besar tamu undangan, termasuk pemimpin dunia seperti Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Raja Abdullah II dari Yordania, mengenakan pakaian serba hitam sesuai dengan etiket yang berlaku.

Namun, Trump tampil berbeda dengan setelan biru yang mencolok, menarik perhatian dan menuai kritik dari berbagai pihak.GQ
Melania Trump, yang mendampingi suaminya, justru mendapat pujian karena mengenakan pakaian hitam lengkap dengan kerudung renda, sesuai dengan protokol Vatikan untuk wanita dalam acara resmi. Penampilannya dianggap menunjukkan rasa hormat dan kepatuhan terhadap tradisi yang berlaku.
Memancing Kontroversi
Pilihan busana Trump memicu berbagai reaksi di media sosial dan liputan media internasional. Banyak yang menilai bahwa keputusan Trump untuk mengenakan setelan biru menunjukkan kurangnya sensitivitas terhadap suasana duka dan tradisi yang berlaku dalam acara pemakaman Paus.

Beberapa netizen bahkan mengungkapkan kekecewaannya terhadap liputan media yang terlalu fokus pada kehadiran Trump, mengalihkan perhatian dari prosesi pemakaman itu sendiri.
Seorang netizen mengomentari, "Sepertinya Trump menganggap ini adalah acaranya sendiri, bahkan tidak repot-repot mengenakan setelan hitam."
Baca Juga: Momen Jokowi Sampaikan Pesan Prabowo Saat Pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus
Komentar lain menyebutkan bahwa tindakan Trump menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap Paus dan umat Katolik di seluruh dunia.
Pelanggaran Norma?
Meskipun tidak ada aturan resmi yang mengharuskan tamu mengenakan pakaian hitam dalam pemakaman Paus, etiket dan tradisi Katolik telah lama menetapkan warna hitam sebagai simbol duka.
Pilihan Trump untuk mengenakan setelan biru dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma-norma tersebut, terutama mengingat posisinya sebagai mantan kepala negara yang seharusnya memahami pentingnya simbolisme dalam acara kenegaraan.
Sebaliknya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, meskipun tidak mengenakan pakaian hitam, memilih mengenakan jaket militer berwarna gelap yang mencerminkan identitas nasionalnya sekaligus menunjukkan rasa hormat terhadap acara tersebut. Pilihan busana Zelenskyy dianggap berhasil menyeimbangkan antara identitas pribadi dan etiket yang berlaku.
Arti Warna Biru Buat Trump
Setelan warna biru bagi Donald Trump diyakini memiliki makna simbolis dan personal yang kuat, meskipun dalam konteks pemakaman, pilihan ini dipandang kontroversial. Ada beberapa kemungkinan arti di balik pilihannya:
1. Simbol Identitas dan Citra Diri
Trump kerap terlihat mengenakan setelan biru tua dalam berbagai kesempatan publik. Warna biru gelap (navy blue) sering diasosiasikan dengan:
- Kekuatan dan otoritas
- Kepercayaan dan stabilitas
- Kesan profesional dan elegan
Bisa jadi, Trump memilih warna ini untuk mempertahankan citra sebagai tokoh kuat dan berbeda dari pejabat lain, bahkan di acara yang sangat formal seperti pemakaman Paus.
2. Penegasan Posisi Unik
Beberapa analis mode dan diplomatik menilai bahwa pilihan Trump mengenakan setelan biru adalah bentuk “statement”, semacam pernyataan halus bahwa ia tidak terikat oleh aturan protokol atau ingin tampil menonjol di antara pemimpin lain.
Ini konsisten dengan kepribadiannya yang dikenal ingin tampil beda dan dominan dalam setiap kesempatan.
3. Kurangnya Kepekaan atau Kesengajaan?
Ada pula yang melihat pilihan ini bukan karena simbolisme positif, tetapi karena kurangnya pemahaman atau perhatian terhadap protokol internasional.
Atau mungkin saja sikap sengaja tidak patuh ini dilakukan Trump sebagai bentuk protes atau kritik politik halus terhadap institusi tertentu.
Pilihan ini dianggap kontras dengan istrinya, Melania Trump, yang tampil sangat sesuai protokol, menunjukkan kemungkinan bahwa ketidaksesuaian Trump adalah keputusan sadar.