Suara.com - Indonesia patut berbangga. Di tengah dominasi film animasi asing, hadir karya orisinal anak bangsa yang mampu menunjukkan taringnya: Jumbo. Film animasi ini menjadi bukti bahwa talenta kreatif dalam negeri tidak kalah saing dalam hal kualitas cerita, teknik visual, maupun kedalaman pesan.
Disutradarai oleh Ryan Adriandhy, Jumbo menyuguhkan kisah yang unik dan menyentuh, mengangkat isu-isu seperti identitas, penerimaan diri, dan absurditas sosial dalam balutan visual yang jenaka dan penuh makna.
Mengangkat tema perundungan anak dan arti persahabatan, serta pentingnya dukungan keluarga, film ini berkisah tentang seorang anak yatim piatu berusia 10 tahun bernama Don, yang sering diremehkan karena memiliki tubuh yang besar.
Sebagai bentuk penghargaan atas karya dan kontribusi alumni di dunia industri kreatif tanah air, BINUS University International menyelenggarakan acara Nonton Bareng (Nobar) film Jumbo bersama sang kreator, Selasa (29/04/2025).
Ryan Adriandhy merupakan salah satu alumni Binus University International program Graphic Design and New Media (GDNM) dari Binus Northumbria School Of Design (BNSD) yang berhasil membanggakan sebagai alumni berkat gagasannya dalam penggarapan film “Jumbo”.
“Ryan adalah salah satu contoh nyata dari lulusan kami yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berhasil berkontribusi secara nyata di industri kreatif Indonesia,” ujar Dr. Nelly, S.Kom., M.M., selaku Rektor Binus University.
Ryan yang hadir langsung untuk berbagi cerita di balik proses kreatif pembuatan Jumbo, memaparkan bagaimana latar belakang pendidikannya di GDNM membentuk cara berpikir visual dan storytelling-nya sehingga dapat berkontribusi langsung dalam penggarapan film animasi yang fenomenal tersebut.
“Sebagai alumni, Binus berperan dalam proses pengembangan saya dalam menciptakan animasi, bertahun-tahun saya belajar di Universitas dengan banyak teori, memberikan saya dasar yang kuat dalam memahami storytelling dari perspektif visual dan naratif,” ujar Ryan.
Ia juga menambahkan dalam penggarapan film ini, proses pembuatan dilakukan dua kali. Pertama kali dilakukan saat masih dalam bentuk animasi dari storyboard, untuk memastikan efisiensi produksi.
Baca Juga: Check Out Sekarang, Pay Later: Film yang Mengangkat Fenomena Bayar Nanti
Tujuannya adalah agar cerita sudah disetujui oleh semua pihak, termasuk produser dan eksekutif produser, sebelum masuk ke tahap animasi.